Sementara penghitungan suara dimulai di Ethiopia pada Senin (21/6), beberapa partai oposisi mengeluhkan kecurangan dan melakukan boikot di beberapa daerah. Pemenang hadiah Nobel perdamaian Perdana Menteri Abiy Ahmed yang berkuasa dengan menjanjikan reformasi besar-besaran, mencabut larangan terhadap banyak partai politik dan membebaskan puluhan ribu tahanan politik. Di satu tempat pemungutan suara, Abiy menjanjikan pemilihan yang adil.
"Kalian bisa melihat bagaimana pemilu yang bebas dan adil, semua orang di sini bebas dan saya berharap ini akan menjadi pemilu terbaik dalam sejarah kita," jelasnya.
Tetapi para aktivis hak asasi menilai popularitas Abiy merosot setelah adanya laporan pelanggaran HAM dan kelaparan membayangi wilayah Tigray di bagian utara negara itu yang dilanda perang.
Di empat dari 10 wilayah Ethiopia, pihak berwenang tidak dapat mengadakan pemilu. Ketua dewan pemilihan mengatakan bahwa di dua daerah yang melakukan pemungutan suara, tim pemantau dari partai yang beroposisi dilaporkan diusir dari TPS, dan beberapa petugas pemungutan suara dipukuli dan tanda pengenal mereka disita.
Di daerah lain, petugas pemungutan suara menunda pemungutan suara setelah kurang dari setengah surat suara tiba, sementara yang lain melaporkan adanya intimidasi pemerintah dan pemblokiran pengamat partai oleh milisi.
Intimidasi itu mendorong partai-partai oposisi utama memboikot pemungutan suara di wilayah terpadat di Ethiopia, Oromiya. Namun, di daerah lain, termasuk ibu kota, pemungutan suara berlangsung damai. [ka/uh]