Tokoh oposisi Venezuela, Leopoldo Lopez, yang berada di pengasingan, mengatakan pada Kamis (4/7) di Jenewa, bahwa dia optimis jutaan pemilih di negaranya akan memicu transisi demokrasi, ketika mereka memberikan suaranya melawan petahana Nicolas Maduro, dalam pemilu presiden pada akhir Juli ini.
“Saya sangat optimis, sebagaimana juga jutaan warga Venezuela, karena pada 28 Juli akan ada pemilu dan mayoritas warga Venezuela, menurut semua studi opini dan apa yang kita lihat di demonstrasi jalanan, akan memberikan suara secara besar-besaran, bagi sebuah trandisi demokrasi,” kata Lopez.
Pihak oposisi memiliki keunggulan besar dalam jajak pendapat menjelang pemilu 28 Juli, bahkan setelah pengadilan melarang pemimpinnya, Maria Corina Machado mencalonkan diri, atas dugaan penipuan. Larangan ini memaksa koalisi yang dipimpinnya untuk bersatu di belakang kandidat baru, mantan diplomat Edmundo Gonzalez.
“Tidak mungkin pemilu ini akan memberikan kemenangan bagi Maduro, jika tidak ada kecurangan pemilu besar-besaran,” tambah Lopez yang merupakan pendiri partai oposisi, Voluntad Popular kepada Reuters di kantor PBB, Jenewa.
“Tentu saja, kami tahu bahwa Maduro adalah Maduro, bahwa dia seorang diktator, tetapi kami sangat optimis bahwa transisi demokrasi akan dimulai pada 29 Juli di Venezuela,” ujarnya lagi.
Maduro, seorang sosialis, mencoba merebut masa jabatan ketiganya sebagai presiden. Sejumlah pemerintahan Barat telah menolak terpilihnya kembali dia pada 2018 dan menyebutnya sebagai tipuan. Amerika Serikat telah mendesak pemerintahan Maduro untuk memastikan bahwa pemilu berlangsung “kompetitif dan inklusif”.
Lopez lari dari negara itu pada 2020 dan kita tinggal di Spanyol. Dia dipenjara pada 2014 karena memimpin demo terhadap Maduro, dan dibebaskan untuk menjalani tahanan rumah pada 2017. Dia merupakan mentor bagi pemimpin oposisi, Juan Guaido, yang mencoba memicu pemberontakan militer melawan Maduro. [ns/jm]
Forum