Tautan-tautan Akses

Orang Iran yang Menginspirasi Film "The Terminal" Meninggal di Bandara Prancis


Mehran Karimi Nasseri memperhatikan poster film "The Terminal" yang terinspirasi dari kisah hidupnya terlunta-lunta di Bandara Charles De Gaulle, Prancis, 12 Agustus 2004. Nasseri meninggal pada Sabtu, 12 November 2022 di bandara itu. (Foto: Stephane de Sakutin / AFP)
Mehran Karimi Nasseri memperhatikan poster film "The Terminal" yang terinspirasi dari kisah hidupnya terlunta-lunta di Bandara Charles De Gaulle, Prancis, 12 Agustus 2004. Nasseri meninggal pada Sabtu, 12 November 2022 di bandara itu. (Foto: Stephane de Sakutin / AFP)

Seorang pejabat bandara mengatakan pria Iran yang terlunta-lunta selama 18 tahun di sebuah bandara di Paris, meninggal di terminal itu. Kisah hidupnya pernah menginspirasi sebuah film Hollywood yang disutradarai Steven Spielberg.

Mehran Karimi Nasseri meninggal karena penyebab alamiah sebelum tengah hari pada Sabtu (12/11) di terminal 2F di bandara Charles de Gaulle di luar Ibu Kota Prancis, kata pejabat itu kepada kantor berita AFP.

Semasa hidupnya, Nasseri tersandung masalah imigrasi. Ia tidak bisa memasuki Prancis dan tidak bisa pergi kemana-mana. Ia pun terpaksa tinggal di bandara.

Ia menyebut dirinya "Sir Alfred." Sebuah area kecil di bandara itu dan sebuah bangku plastik menjadi tempat favoritnya.

Kisah Karimi Nasseri yang tidak biasa itu mendapat perhatian dari sutradara Hollywood Steven Spielberg, dan menginspirasi film "The Terminal" pada 2004, yang dibintangi Tom Hanks dan Catherine Zeta-Jones.

Hanks memerankan seorang laki-laki yang terlunta-lunta di bandara JFK New York ketika negara asalnya terjerumus ke dalam revolusi.

Setelah menghabiskan sebagian besar uang yang diterima dari film itu, Karimi Nasseri kembali ke bandara beberapa pekan lalu, kata pejabat itu.

Petugas menemukan uang ribuan dolar bersama jenazahnya.

Karimi Nasseri lahir pada 1945 di Masjed Soleiman, di Provinsi Khuzestan, Iran. Ia mulai menginap di bandara itu pada November 1988, setelah terbang dari Iran ke London, Berlin dan Amsterdam untuk mencari ibunya.

Ia diusir dari hampir semua negara yang dikunjungi karena ia tidak punya dokumen yang tepat.

Di bandara Roissy-Charles de Gaulle, sebuah jaringan bantuan informal membantunya dengan menyediakan pangan, medis, serta buku-buku dan sebuah radio.

Pada 1999, ia diberi status pengungsi dan hak untuk menetap di Prancis.

"Saya tidak tahu apa yang mau saya lakukan, tetap di Roissy atau pergi," katanya setelah diberi hak untuk menetap di Prancis. "Saya punya surat-surat, saya bisa tinggal di sini, saya pikir saya harus mempertimbangkan betul-betul semua pilihan sebelum mengambil keputusan."

Namun, ia tidak pergi ketika itu.

"Ia tidak mau meninggalkan bandara," kata pengacaranya Christian Bourguet ketika itu. "Ia takut untuk pergi." [vm/ft]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG