Orang-orang kaya di Asia ternyata memilih menghabiskan lebih banyak uangnya untuk liburan mewah daripada untuk investasi keuangan dan real estate, menurut laporan situs media intelijen CampaignAsia.com.
Kesimpulan ini didapat dari survei terakhir Ipsos PAX terhadap 20.000 orang kaya di 11 negara Asia: Hong Kong, Singapura, Korea, Taiwan, Thailand, Malaysia, India, Indonesia, Filipina, Australia dan Jepang.
Studi tersebut, yang dilakukan oleh perusahaan riset media Ipsos MediaCT,
Menggambarkan tren-tren terbaru di Asia terkait konsumsi kemewahan.
Salah satu temuannya menunjukkan bahwa golongan kaya di Asia lebih banyak melakukan perjalanan bisnis, dengan proporsi orang yang telah melakukan perjalanan bisnis tiga kali atau lebih naik dari 5,7 persen menjadi 6,4 persen. Proporsi orang kaya Asia yang terbang dengan kelas bisnis atau kelas pertama juga telah meningkat dari 2,5 persen menjadi 2,7 persen.
Orang-orang kaya di Asia juga lebih banyak berlibur sekarang ini, dengan 36 persen responden terbang paling tidak sekali, naik dari 35 persen tahun lalu. Jumlah yang terbang paling tidak tiga kali setahun juga naik menjadi 7,1 persen dari 6,7 persen. Warga kelas atas Asia ini juga senang naik kelas bisnis atau kelas pertama saat berlibur, naik dari 2,1 persen menjadi 2,7 persen tahun ini.
Akibat ketidakpercayaan akan iklim ekonomi saat ini, jumlah warga Asia yang membeli produk finansial seperti saham, sekuritas atau obligasi, turun dari 32,5 persen menjadi 28,6 persen.
Persentase responden yang memiliki properti juga turun dari 53 persen menjadi 50 persen, sementara investasi pada real estate (di luar rumah yang mereka miliki) juga berkurang dari 19,1 persen ke 18,2 persen.
Laporan kekayaan dari bank swasta Julius Baer di Swiss yang dirilis bulan lalu menunjukkan bahwa jumlah orang super kaya di Asia akan mencapai 2,67 juta orang pada 2015 dengan jumlah kekayaan bersih diperkirakan $16,7 triliun. (AFP)
Kesimpulan ini didapat dari survei terakhir Ipsos PAX terhadap 20.000 orang kaya di 11 negara Asia: Hong Kong, Singapura, Korea, Taiwan, Thailand, Malaysia, India, Indonesia, Filipina, Australia dan Jepang.
Studi tersebut, yang dilakukan oleh perusahaan riset media Ipsos MediaCT,
Menggambarkan tren-tren terbaru di Asia terkait konsumsi kemewahan.
Salah satu temuannya menunjukkan bahwa golongan kaya di Asia lebih banyak melakukan perjalanan bisnis, dengan proporsi orang yang telah melakukan perjalanan bisnis tiga kali atau lebih naik dari 5,7 persen menjadi 6,4 persen. Proporsi orang kaya Asia yang terbang dengan kelas bisnis atau kelas pertama juga telah meningkat dari 2,5 persen menjadi 2,7 persen.
Orang-orang kaya di Asia juga lebih banyak berlibur sekarang ini, dengan 36 persen responden terbang paling tidak sekali, naik dari 35 persen tahun lalu. Jumlah yang terbang paling tidak tiga kali setahun juga naik menjadi 7,1 persen dari 6,7 persen. Warga kelas atas Asia ini juga senang naik kelas bisnis atau kelas pertama saat berlibur, naik dari 2,1 persen menjadi 2,7 persen tahun ini.
Akibat ketidakpercayaan akan iklim ekonomi saat ini, jumlah warga Asia yang membeli produk finansial seperti saham, sekuritas atau obligasi, turun dari 32,5 persen menjadi 28,6 persen.
Persentase responden yang memiliki properti juga turun dari 53 persen menjadi 50 persen, sementara investasi pada real estate (di luar rumah yang mereka miliki) juga berkurang dari 19,1 persen ke 18,2 persen.
Laporan kekayaan dari bank swasta Julius Baer di Swiss yang dirilis bulan lalu menunjukkan bahwa jumlah orang super kaya di Asia akan mencapai 2,67 juta orang pada 2015 dengan jumlah kekayaan bersih diperkirakan $16,7 triliun. (AFP)