Tautan-tautan Akses

Otoritas Kesehatan Berusaha Perangi Nasionalisme Covid-19


Masker wajah N95 di pabrik 3M yang telah dikontrak pemerintah AS untuk memproduksi lebih banyak di tengah wabah virus corona, di Maplewood, Minnesota, 4 Maret 2020.
Masker wajah N95 di pabrik 3M yang telah dikontrak pemerintah AS untuk memproduksi lebih banyak di tengah wabah virus corona, di Maplewood, Minnesota, 4 Maret 2020.

Persaingan memperebutkan sumber-sumber daya guna memerangi pandemi Covid-19 menyebabkan para aktivis kesehatan prihatin. Negara-negara kaya berusaha merebut pasokan dan tidak menyisakan untuk negara-negara miskin.

Hal ini terjadi pada suplai perlengkapan pelindung pribadi misalnya. Pada April pemerintahan Trump memerintahkan perusahaan 3M untuk menghentikan ekspor masker N95 ke Kanada dan Amerika Latin.

Senin (29/6), Departemen Kesehatan AS mengumumkan pihaknya sudah mengamankan seluruh suplai Remdesivir, obat anti Covid-19 pertama, yang dihasilkan Gillead Sciences.

“Ini merupakan petunjuk dari perkembangan ke depan, kecuali kalau kita bahas secara terbuka dan gagasan lain kita kembangkan,” kata profesor ilmu hukum di Northeastern University, Brook Baker, yang juga analis kebijakan senior di Health Global Access Project.

Di seluruh dunia, berbagai pemerintahan berlomba untuk mengunci akses ke vaksin Covid-19 meskipun masih dalam percobaan dan belum terbukti aman serta efektif.

Di Inggris, Menteri Bisnis Alok Sharma mengatakan, negaranya akan memperoleh 30 juta dosis pertama dari kandidat vaksin yang dikembangkan oleh University of Oxford dan farmasi AstraZeneca, serta telah menyumbangkan dana senilai $80 juta.

Empat hari kemudian, pemerintah AS mengumumkan sebuah transaksi senilai $1,2 miliar untuk mengamankan 300 juta dosis dari vaksin yang sama.

Pada akhir April, WHO meluncurkan apa yang disebut Access to Covid-19 Tools Accelerator yang akan mempercepat pengembangan dan juga distribusi yang adil dari obat, vaksin, dan pengujian. [jm/ft]

XS
SM
MD
LG