Pelapor khusus PBB untuk urusan Myanmar mengatakan, pada Rabu (17/5), militer negara tersebut telah mengimpor setidaknya senjata dan bahan pembuat senjata bernilai $1 miliar sejak menggulingkan pemerintahan yang terpilih secara demokratis pada Februari 2021. Rusia diketahui menjadi pemasok utama bagi junta militer Myanmar.
“Rusia dan China terus menjadi pemasok utama sistem senjata canggih untuk militer Myanmar, masing-masing menyumbang lebih dari $400 juta dan $260 juta sejak kudeta, dengan sebagian besar perdagangan berasal dari badan usaha milik negara,” kata Tom Andrews.
Andrews mengatakan kepada wartawan pada konferensi pers di markas besar PBB bahwa persenjataan yang disediakan oleh pemasok asal Rusia telah digunakan untuk melakukan kejahatan perang yang mungkin terjadi dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Myanmar.
“Senjata-senjata dan bahan-bahan untuk membuat lebih banyak senjata, terus mengalir tanpa gangguan ke militer Myanmar, meskipun ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa mereka bertanggung jawab atas kejahatan dan kekejaman yang terjadi,” katanya.
Militer yang merebut kekuasaan pada 1 Februari 2021 dengan menuduh adanya kecurangan pemilu besar-besaran, setelah partai politik mereka hanya memperoleh 33 dari 498 kursi parlemen yang diperebutkan.
Sejak saat itu, kantor hak asasi manusia PBB mengatakan, sedikitnya 3.000 warga sipil telah tewas, dan lebih dari 17.500 warga lainnya telah ditahan serta lebih dari satu juta orang mengungsi ketika militer melakukan penumpasan brutal untuk mempertahankan kekuasaannya. PBB mengatakan setidaknya 17,6 juta orang di Myanmar membutuhkan bantuan kemanusiaan. [ps/ka]
Forum