Tautan-tautan Akses

Pakar PBB Khawatirkan Kekerasan Menyusul Demo Besar di Myanmar


Massa berkumpul di persimpangan dekat Pagoda Sule untuk berunjuk rasa, memprotes kudeta militer di Yangon, Myanmar, Rabu, 17 Februari 2021.
Massa berkumpul di persimpangan dekat Pagoda Sule untuk berunjuk rasa, memprotes kudeta militer di Yangon, Myanmar, Rabu, 17 Februari 2021.

Para demonstran di Myanmar berkumpul, Rabu (17/2), dalam jumlah terbesar mereka sejauh ini untuk memprotes perebutan kekuasaan oleh militer. Seorang pakar HAM PBB memperingatkan bahwa pasukan yang didatangkan ke Yangon dan kawasan-kawasan lain di negara itu kemungkinan menandakan akan terjadinya bentrokan kekerasan besar-besaran.

Pelapor khusus PBB Tom Andrews mengatakan ia khawatir dengan laporan-laporan yang menyebutkan bahwa sejumlah besar tentara didatangkan ke Yangon, kota terbesar di negara itu.

Tom Andrews.
Tom Andrews.

“Pada masa lalu, pergerakan pasukan seperti itu berakhir dengan pembunuhan, penghilangan paksa, dan penahanan secara massal, '' katanya dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Selasa malam oleh Kantor Urusan HAM PBB di Jenewa.

“Saya khawatir dengan dua perkembangan yang terjadi, yakni protes massal yang direncanakan dan kedatangan pasukan. Negara itu berada dalam situasi di mana militer kemungkinan melakukan kejahatan yang lebih besar terhadap rakyat Myanmar," imbuhnya.

Aksi-aksi protes baru mengguncang Yangon, Mandalay dan ibu kota Naypyitaw. Para demonstran tidak mengindahkan larangan pertemuan lima orang atau lebih.

“Mari berpawai secara massal. Mari tunjukkan kekuatan kita di hadapan pemerintah hasil kudeta yang telah menghancurkan masa depan pemuda dan negara kita,'' kata Kyi Toe, juru bicara partai Liga Nasional untuk Demokrasi, partainya Aung San Suu Kyi, di laman Facebook-nya.

Para pengunjuk rasa memegang plakat saat mereka memblokir jalan selama berlangsungnya aksi protes menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, 17 Februari 2021. (Foto: Sai Aung Main / AFP)
Para pengunjuk rasa memegang plakat saat mereka memblokir jalan selama berlangsungnya aksi protes menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, 17 Februari 2021. (Foto: Sai Aung Main / AFP)

Kehadiran para demonstran, Rabu (17/2), di Yangon tampaknya menjadi salah satu yang terbesar sejauh ini di kota tersebut. Para pengunjuk rasa telah mengadopsi taktik memblokir jalan-jalan dengan memarkir kendaraan mereka secara berkelompok, dan dengan kap-kap mesin yang terbuka, dengan alasan mengalami masalah mesin.

Di Naypyitaw, ribuan demonstran termasuk karyawan bank swasta dan para teknisi berbaris di jalan-jalan raya yang lebar, sambil meneriakkan pembebasan Suu Kyi dan Presiden Win Myint.

Para pengunjuk rasa juga turun ke jalan-jalan di Mandalay, di mana pada Senin lalu pasukan keamanan menodongkan senjata ke sekelompok 1.000 demonstran dan menyerang mereka dengan katapel dan tongkat. Media setempat melaporkan bahwa polisi juga menembakkan peluru karet ke arah kerumunan demonstran dan beberapa orang terluka.

Pawai-pawai yang direncanakan itu merupakan bagian dari gerakan pembangkangan sipil, yang dipelopori oleh para pekerja medis dan didukung oleh banyak pegawai negeri. [ab/uh]

XS
SM
MD
LG