Pihak berwenang Pakistan menggunakan puluhan kontainer pengiriman dan truk untuk memblokir jalan-jalan utama ke Ibu Kota Islamabad pada hari Rabu (25/5).
Langkah ini diambil setelah mantan Perdana Menteri Imran Khan mengatakan ia akan berpawai dengan para demonstran ke pusat kota untuk menyelenggarakan rapat umum yang ia harapkan akan menjatuhkan pemerintah dan memaksa dilangsungkannya pemilu dini.
Pawai tersebut telah menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya bentrokan kekerasan besar antara para pendukung Khan -- yang merupakan pemimpin oposisi utama negara itu -- dan pasukan keamanan.
Pada Rabu pagi, polisi anti-huruhara menembakkan gas air mata dan mendorong mundur ratusan demonstran yang mencoba melewati jembatan yang ditutup di dekat Lahore untuk naik bus menuju Islamabad. Sejumlah demonstran melakukan aksi lempar batu. Puluhan demonstran dan beberapa polisi terluka.
Khan, mantan bintang kriket yang menjadi politisi, menjabat sebagai perdana menteri selama lebih dari tiga setengah tahun sampai bulan lalu ketika ia tersingkir oleh mosi tidak percaya di Parlemen. Sejak itu, ia telah mengadakan rapat umum dengan ribuan orang di berbagai pelosok negara itu.
Meskipun demonstrasi yang dilakukan pada Rabu dilarang sehari sebelumnya, Khan menegaskan aksi protes itu tetap akan berlangsung besar-besaran dan damai. Ia juga mengatakan, demonstrasi itu tidak akan berakhir sampai pemerintah setuju untuk mengadakan pemilihan baru tahun ini -- tidak pada tahun 2023 seperti yang dijadwalkan. Pihak penyelenggara meminta para pesertanya melakukan perjalanan dengan mobil dan bus ke batas kota Islamabad, kemudian berpawai dengan berjalan kaki.
Khan mengatakan pemecatannya adalah hasil dari plot yang diorganisir AS yang berkolusi dengan penggantinya, Shahbaz Sharif. Perdana menteri baru itu mengatakan, ia akan memberikan tanggapan tegas jika Khan melanggar larangan tersebut. Washington juga telah membantah peran apa pun dalam politik internal Pakistan. [ab/lt]