Para pemimpin politik dan militer Pakistan, Jumat (5/2), memperingati Hari Solidaritas Kashmir, dengan bersumpah akan melanjutkan dukungan politik bagi mereka yang tinggal di bagian Kashmir yang dikuasai India. Mereka juga bersumpah akan mencari solusi atas status wilayah yang disengketakan sesuai dengan resolusi-resolusi PBB.
Ribuan orang berpartisipasi dalam unjuk rasa anti-India, Jumat (5/2), di berbagai penjuru Pakistan, serta di sebagian Kashmir yang dikontrol Pakistan. Perdana Menteri Imran Khan dijadwalkan menyampaikan pidato Jumat malam di Muzaffarabad, ibu kota Kashmir yang dikuasai Pakistan.
Kashmir terbagi antara Pakistan dan India, namun diklaim oleh keduanya secara keseluruhan. India menuduh Pakistan mempersenjatai dan melatih para pemberontak Kashmir di wilayah Himalaya yang dikuasai India tersebut. Pakistan membantahnya dan mengatakan bahwa mereka hanya memberikan dukungan moral dan diplomatik.
Shibli Faraz, menteri informasi Pakistan, mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa negaranya akan terus mendukung orang-orang Kashmir sampai mereka “berhasil dalam perjuangan mereka merebut hak untuk menentukan nasib sendiri. ''
“Tanggung jawab terletak pada India untuk menciptakan lingkungan seperti itu. India harus membatalkan tindakan ilegal dan sepihaknya, '' kata Faraz, merujuk pada pencabutan status semiotonom Kashmir pada Agustus 2019.
Pakistan telah lama mendorong hak Kashmir untuk menentukan nasib sendiri di bawah resolusi PBB yang disahkan pada tahun 1948, yang menyerukan diselenggarakannya referendum tentang apakah warga Kashmir ingin bergabung dengan Pakistan atau India.
Masa depan Kashmir yang mayoritas Muslim tidak terselesaikan pada akhir pemerintahan kolonial Inggris pada 1947, ketika anak benua India ini dibagi menjadi India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu dan Pakistan yang sebagian besar warganya adalah Muslim.
India dan Pakistan telah tiga kali berperang, dan dua di antaranya mengenai Kashmir. Pada 2019, aksi pengeboman dengan mobil di Kashmir yang dikuasai India menewaskan 40 tentara India dan membawa kedua negara bersenjata nuklir itu ke ambang perang.
India diperkirakan memiliki 700.000 tentara di wilayah yang dikuasainya di Kashmir, dan memerangi belasan kelompok pemberontak sejak 1989. Di banyak daerah, kawasan itu terasa seperti negara yang diduduki, di mana banyak tentara dengan perlengkapan tempur penuh berpatroli di jalan-jalan dan menggeledah warga sipil. Lebih dari 68.000 orang, kebanyakan warga sipil, tewas dalam konflik tersebut. [ab/uh]