Federasi Palang Merah Internasional dan Masyarakat Bulan Sabit Merah (IFRC) mengimbau bantuan 9,4 juta dolar untuk mendanai upaya-upaya mencegah wabah baru Ebola merebak di berbagai penjuru Afrika Barat.
Federasi, Senin (22/2) menyatakan dana itu akan digunakan untuk meningkatkan “pemantauan dan upaya-upaya meningkatkan kepekaan masyarakat” di Guinea, Liberia, Pantai Gading, Mali, Senegal dan Sierra Leone.
“Ebola tidak peduli dengan perbatasan,” kata Mohammed Mukhier, direktur regional Afrika IFRC. “Hubungan sosial, budaya dan ekonomi yang erat di antara komunitas-komunitas di Guinea dan negara-negara tetangganya menimbulkan risiko sangat serius bagi penyebaran virus ke Liberia, Pantai Gading dan Sierra Leone, dan berpotensi menyebar lebih jauh lagi,” lanjutnya.
Para pejabat kesehatan di Guinea mendeklarasikan epidemi pada hari Minggu (21/2), setelah tiga kasus ditemukan di Gouecke, komunitas pedesaan di prefektura N’Zerekore. Sedikitnya satu korban telah meninggal. Ini adalah wabah pertama Ebola di Guinea sejak 2016.
Wabah Ebola tahun 2014, yang terbesar dalam sejarah, menewaskan lebih dari 11 ribu orang di Guinea, Libera dan Sierra Leone.
Guinea sedang menunggu kiriman 11 ribu dosis vaksin Ebola dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hari Minggu (21/2). Tetapi kantor berita Reuters menyatakan pengiriman itu terhambat karena debu lebat yang dibawa angin dari Gurun Sahara. Kiriman itu kini dijadwalkan tiba di Conarky hari Senin (22/2), dengan program vaksinasi dijadwalkan dimulai hari Selasa.
Guinea juga mengharapkan kedatangan 8.600 dosis vaksin lainnya dari AS.
Ada empat kasus Ebola terkukuhkan di Republik Demokratik Kongo (DRC), termasuk dua kematian. WHO memiliki sekitar 20 pakar yang mendukung otoritas kesehatan tingkat provinsi dan nasional di DRC.
PBB mengumumkan mengeluarkan 15 juta dolar dari dana bantuan daruratnya untuk membantu mengatasi wabah di Guinea dan Kongo. [uh/ab]