Mawar adalah simbol cinta romantis, diiringi sifatnya yang halus dan fana. Di tangan seniman Spanyol Noemi Iglesias, mawar diubah menjadi porselen.
Kreasi Iglesias dipresentasikan dalam pameran baru di museum Thyssen-Borenmisza di Madrid. Museum itu memajang karya-karya seni modern Iglesias, menempatkannya bersebelahan dengan beberapa lukisan ikonik di galeri tersebut.
Iglesias menjelaskan bahwa pameran tersebut “berkaitan dengan representasi emosi melalui ikon-ikon konsumen” sepanjang sejarah seni. Ia menambahkan, “Dimulai dari sudut pandang naratif atau mitologis, di mana emosi-emosi ini diperlakukan secara lebih ikonik. Kemudian, sudut pandang beralih ke perspektif yang sedikit lebih simbolis, tentang sinyal, hal-hal yang klise, di mana mawar merah dan merah jambu ditampilkan.”
Iglesias menampilkan 25 karya berhias bunga dari perunggu. Ia juga menampilkan kaca, video, dan terutama porselen.
Beberapa lukisan koleksi museum tersebut yang terkenal, seperti “The Rape of Europa” karya Simon Vouet, “The Swing” karya Lancret pada 1735, dan “The See-Saw” karya Fragonard pada 1750, dipajang di samping karangan bunga porselen karya Iglesias.
Iglesias menggunakan seni bunga untuk mengkaji persepsi kita tentang cinta dan cinta sebagai komoditas konsumen, ujar kurator Rocío de la Villa. Tentang pameran, De La Villa mengatakan, “Ini adalah pameran yang berbicara tentang cinta romantis dan mengkritik cinta romantis.”
Pameran segala sesuatu terkait cinta romantis ini, kata De La Villa, ditampilkan dalam empat masa. Pertama adalah masa cinta yang gagah berani, pada awal abad ke-18. Kedua adalah avant-garde di mana jendela kaca patri karya Iglesias dipajang di dinding yang juga memajang lukisan karya Picabia, berjudul 'Predicament', yang merupakan contoh seni abstrak. Ketiga adalah era pop, dengan karya-karya terang, video dan fotografi.
Ada juga ruang gelap dengan karya seni bercahaya, potongan video, dan instalasi “Karantina”, rangkaian masker gas berbunga, sebuah kritik terhadap pencarian cinta dalam era digital pada aplikasi kencan, kata De La Villa. “Ruang terakhir, yang sangat sulit pada aplikasi digital sekarang untuk mencari cinta,” imbuhnya.
Iglesias mempelajari teknik bunga keramik sewaktu magang di Taiwan. Di sana, bunga keramik dibuat dengan tangan, kelopak demi kelopak dan tanpa cetakan. Itu adalah teknik kuno yang lambat dan rumit yang tampaknya bertolak belakang dengan “cinta cepat” yang dianalisis Iglesias.
Ia menjelaskan, “Kerajinan tangan pembuatan bunga berkembang sepanjang abad ke-19 dalam lingkungan industri pabrik-pabrik keramik. Itu adalah teknik yang hanya dilakukan perempuan.”
Ryan Kovarovics, seorang guru bahasa Inggris dari Amerika, mengunjungi pameran itu dan menyampaikan kesannya. “Menurut saya seniman ini telah melakukan pekerjaan yang hebat dalam menyandingkan budaya modern yang kita miliki, yang cepat, dengan bagian-bagian yang lebih tenang dari momen kisah cinta kita selama ratusan tahun keberadaan umat manusia.”
Jess Moor, yang berkunjung dari Inggris bersama pasangannya, sangat tertarik pada lukisan “The House among the roses” karya Monet.
“Saya khususnya menyukai karya Monet dan semua bunganya yang indah. Lukisan ini menunjukkan betapa rimbunnya taman itu sehingga kita hampir tidak bisa melihat rumahnya. Dan betapa luar biasa. Dan itulah yang diperlukan untuk mengatakan bahwa cinta bisa begitu. Jadi, menurut saya, lukisan ini sungguh indah,” pujinya.
Pameran terkait cinta ‘Love Me Fast’ di Museum Thyssen-Bornemisza di Madrid, Spanyol, dibuka untuk umum hingga 28 April. [ka/uh]
Forum