Tautan-tautan Akses

Panas, Penyakit, Polusi Udara: Bagaimana Perubahan Iklim Berdampak pada Kesehatan


Seorang warga dari area pemukiman miskin Rocinha mendingingkan dirinya dengan air dari sumber mata air alami di lokasi tersebut di tengah gelombang panas yang melanda Rio de Janeiro, Brazil, pada 17 November 2023. (Foto: AFP/Tercio Teixeira)
Seorang warga dari area pemukiman miskin Rocinha mendingingkan dirinya dengan air dari sumber mata air alami di lokasi tersebut di tengah gelombang panas yang melanda Rio de Janeiro, Brazil, pada 17 November 2023. (Foto: AFP/Tercio Teixeira)

Meningkatnya seruan agar dunia menyadari berbagai dampak pemanasan global terhadap kesehatan manusia, mendorong dibahasnya isu ini pada hari pertama dalam konferensi perubahan iklim PBB yang dimulai pekan depan.

Panas yang ekstrem, polusi udara, dan meningkatnya penyebaran penyakit menular yang mematikan, hanyalah beberapa alasan mengapa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut perubahan iklim sebagai ancaman kesehatan terbesar yang dihadapi umat manusia.

Menurut WHO, pemanasan global harus dibatasi pada target Perjanjian Paris sebesar 1,5 derajat Celcius "untuk mencegah dampak buruk terhadap kesehatan dan mencegah jutaan kematian terkait perubahan iklim."

Namun, berdasarkan rencana pengurangan karbon nasional yang berlaku saat ini, pemanasan bumi akan mencapai 2,9 derajat Celsius pada abad ini, kata PBB pada pekan lalu.

Meskipun tidak ada seorang pun yang dapat terhidar seluruhnya dari dampak perubahan iklim, para ahli memperkirakan, yang paling berisiko adalah anak-anak, perempuan, orang lanjut usia, migran, dan orang-orang di negara-negara kurang berkembang, yang sebenarnya paling sedikit menghasilkan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.

Pada 3 Desember mendatang, KTT iklim COP28 di Dubai akan mengadakan "hari kesehatan," yang pertama yang pernah diadakan pada perundingan iklim tersebut.

Panas ekstrem

Tahun ini diperkirakan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat. Seiring dengan pemanasan global yang terus berlanjut, gelombang panas yang lebih sering dan lebih parah diperkirakan akan terjadi.

Cuaca panas diyakini menyebabkan lebih dari 70.000 kematian di Eropa dalam musim panas tahun lalu, menurut para pakar.

Jumlah orang berusia di atas 65 tahun yang meninggal karena cuaca panas meningkat sebesar 85 persen dari tahun 1991-2000 ke tahun 2013-2022.

Polusi udara

Hampir 99% dari populasi dunia menghirup udara dengan kadar polusi yang melebihi batas WHO.

Polusi udara di luar ruangan yang disebabkan oleh emisi bahan bakar fosil membunuh lebih dari empat juta orang setiap tahunnya, menurut WHO.

Polusi juga meningkatkan risiko terkena penyakit pernapasan, stroke, penyakit jantungm kanker paru-paru, diabetes dan sejumlah masalah kesehatan lainnya. Polusi udara disebut memiliki risiko ancaman kesehatan yang setara dengan tembakau.

Penyakit menular

Perubahan iklim membuat nyamuk, burung, dan mamalia pindah dari habitat yang sebelumnya mereka tempati. Hal ini meningkatkan risiko bahwa mereka dapat menyebarkan penyakit menular seiring dengan perpindahan yang terjadi.

Virus yang disebabkan oleh nyamuk yang dapat meluas akibat perubahan iklim mencakup demam berdarah, chikungunya, Zika, virus West Nile, dan malaria.

Kemungkinan penularan demam berdarah sendiri meningkat sebesar 36 persen dengan kondisi bumi yang menghangat mendekati 2 derajat Celsius, ungkap laporan Lancet Countdown.

Kesehatan mental

Khawatir akan semakin menghangatnya planet bumi di masa kini dan masa depan juga telah memicu kecemasan, depresi dan bahkan stres pasca trauma — karena banyak orang yang telah menderita kondisi-kondisi tersebut ujar sejumlah psikolog.

Dalam 10 bulan pertama tahun ini, orang-orang mencari istilah "kecemasan iklim" (climate anxiety) secara online 27 kali lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada 2017, menurut data Google Trends yang dikutip oleh BBC pada minggu lalu. [ps/lt/rs]

Forum

XS
SM
MD
LG