Komite Kongres Amerika Serikat yang menyelidiki kerusuhan di Capitol Hill pada 6 Januari 2021 lalu, pada Senin (19/12) merekomendasikan agar Departemen Kehakiman menuntut mantan Presiden Donald Trump secara pidana karena mengupayakan skema ilegal untuk mengubah kekalahannya dalam pemilu presiden November 2020 dan mendorong terjadinya aksi kekerasan agar tetap berkuasa.
Untuk pertama kali dalam sejarah Amerika, panel DPR – yang terdiri dari tujuh anggota Partai Demokrat dan dua anggota Partai Republik – dengan suara bulat mendesak jaksa penuntut untuk mengajukan empat dakwaan terhadap mantan pemimpin Amerika itu.
Komite itu menuduh Trump, yang meninggalkan Gedung Putih pada 20 Januari 2021, telah menghasut atau membantu terjadinya pemberontakan, menghalang-halangi proses resmi di Kongres untuk mengesahkan hasil pemilu presiden yang dimenangkan oleh calon presiden Partai Demokrat Joe Biden, berkonspirasi untuk menipu Amerika, dan berkonspirasi untuk membuat pernyataan palsu.
Panel Dapat Dorong Penyelidikan Kriminal
Namun demikian, langkah panel itu tidak memiliki kedudukan hukum resmi, dan panel itu sendiri tidak dapat mengajukan tuntutan pidana.
Tetapi hasil kajiannya dapat mendorong penyelidikan kriminal yang sedang berlangsung terhadap Trump dan sejumlah pihak lainnya – yang saat ini sedang dilakukan oleh jaksa khusus Jack Smith – yang tunduk pada pengawasan Jaksa Agung Merrick Garland, bersama dengan satu penyelidikan terpisah yang dilakukan oleh jaksa negara bagian di negara bagian Georgia.
Panel itu juga merujuk pada lima sekutu Trump lainnya – yaitu Kepala Staf Gedung Putih yang terakhir Mark Meadows, pengacara Trump dan mantan wali kota New York Rudy Giuliani, John Eastman, Jeffrey Clark dan Kenneth Chesebro – yang berpotensi dituntut atas tindakan-tindakan yang menurut panel itu perlu diselidiki oleh Departemen Kehakiman. Semuanya berupaya mengubah hasil pemilu agar Trump dapat tetap berkuasa.
Panel Minta Komite Etik DPR Selidiki 4 Anggota Partai Republik
Komite itu mengatakan Komite Etik DPR harus menyelidiki tindakan empat anggota Kongres dari Partai Republik, termasuk calon Ketua DPR berikutnya yaitu Kevin McCarthy, karena menolak memenuhi panggilan panel itu. Anggota Partai Republik lain yang disebut panel itu adalah anggota DPR dari negara bagian Ohio Jim Jordan, dari negara bagian Pennsylvania Scott Perry dan dari negara bagian Arizona Andy Biggs.
Panel itu berencana merilis laporan lengkap dan tebal tentang penyelidikan selama 18 bulan pada Rabu (21/12) mendatang. Tetapi satu kesimpulan dalam ringkasan eksekutifnya mengatakan bahwa bukti yang ditemukan panel itu “mengarah pada kesimpulan langsung bahwa penyebab utama kerusuhan 6 Januari 2021 adalah satu orang, yaitu mantan Presiden Donald Trump, yang diikuti banyak orang lainnya. Tidak satu pun dari peristiwa 6 Januari 2021 itu yang dapat terjadi tanpa Trump.”
Investigasi itu mencakup wawancara lebih dari 1.100 saksi mata, memeriksa jutaan halaman dokumen terkait minggu-minggu terakhir kepresidenan Trump dan sepuluh audiensi publik.
Anggota-anggota panel itu pada Senin (19/12) menyampaikan dan menunjukkan petikan video beberapa saksi mata utama tentang kerusuhan yang terjadi ketika para anggota Kongres memulai sidang untuk mensertifikasi kemenangan Joe Biden.
Dalam salah satu video terbaru, mantan Direktur Komunikasi Trump Hope Hicks menyampaikan kekhawatirannya tentang klaim Trump yang tidak berdasar soal meluasnya penipuan surat suara dalam pemilu, yang “merusak warisannya.” Ketika panel penyelidik DPR meminta Hicks menjabarkan kekhawatirannya, ia dalam video itu mengatakan “Ia (Trump.red) mengatakan sesuatu seperti ‘tidak ada yang akan peduli dengan warisan saya jika saya kalah. Jadi tidak masalah. Satu-satunya hal yang penting adalah menang.”
Jubir Trump Tepis Kemungkinan Penyelidikan Kriminal
Juru bicara Trump, Steven Cheung, minggu lalu meremehkan kemungkinan adanya penyelidikan kriminal.
“Komite Tidak-Terpilih 6 Januari mengadakan uji coba pertunjukan oleh partisan asal bukan-Trump yang menodai sejarah negara ini,” Cheung dalam sebuah pernyataan. “Pengadilan tidak resmi ini tidak lebih merupakan proyek dokumenter kesombongan seorang eksekutif Hollywood yang menghina intelijen Amerika dan mengolok-olok demokrasi kita.”
Kerusuhan pada 6 Januari 2021 adalah serangan terburuk di Capitol Hill, simbol demokrasi Amerika di seluruh dunia dalam dua abad. Sekitar 2.000 pendukung Trump menyerbu gedung Kongres, merusak dan menggeledah kantor-kantor, bentrok dengan polisi, dan selama berjam-jam mencegah Kongres mengesahkan hasil electoral college.
Lebih dari 960 orang telah ditangkap atas serangkaian tuduhan terkait kekacauan itu, di mana sekitar separuh diantaranya telah mengaku bersalah atau dihukum dalam persidangan. Sebagian diantaranya telah dijatuhi hukuman lebih dari empat tahun penjara. [em/lt]
Forum