Pangeran Philip, suami Ratu Elizabeth, telah meninggal dunia pada usia 99 tahun, sebut Istana Buckingham hari Jumat (9/4).
“Dengan kesedihan mendalam Yang Mulia Ratu mengumumkan kematian suami tercintanya, Yang Mulia Pangeran Philip, Duke of Edinburgh,” sebut istana dalam suatu pernyataan.
“Yang Mulia meninggal dunia dengan damai pagi ini di Puri Windsor. Pengumuman lebih jauh akan dikeluarkan pada waktunya. Keluarga Kerajaan bersama-sama dengan rakyat di seluruh dunia berkabung atas kematiannya.”
Pangeran Philip, Kekuatan di Belakang Ratu Elizabeth
Ia kerap menjadi sorotan di media karena salah ucapnya, tetapi Pangeran Philip digambarkan oleh para pendukung keluarga kerajaan sebagai orang yang dapat diandalkan dalam diamnya, yang mengesampingkan ambisi pribadinya untuk mendukung Ratu Elizabeth II selama lebih dari tujuh dekade.
Terlahir dari keluarga kerajaan Yunani, meskipun ia lebih suka dianggap sebagai seorang pangeran Denmark, Duke of Edinburgh sendiri tidak pernah dimahkotai. Namun saat tampil di hadapan umum, ia selalu ada di sisi Ratu, yang menyebut Pangeran Philip sebagai “kekuatannya.”
Seperti Elizabeth, kehidupan Philip diatur oleh kewajiban dan tradisi. Ia mencurahkan cukup banyak energinya di balik banyak lembaga dan kegiatan amal serta mengikuti 22.219 acara publik secara sendirian sejak Elizabeth naik takhta pada tahun 1952.
Tetapi Philip kerap menghadapi situasi sulit karena apa yang secara santun disebut sebagai pernyataan spontan yang “secara politik keliru” yang kalau muncul dari orang lain akan dianggap benar-benar rasis.
“Jadi Anda berhasil lolos tak dimakan?,” katanya kepada seorang mahasiswa Inggris yang melakukan perjalanan di Papua Nugini pada tahun 1998.
Dan dalam lawatan kenegaraan bersejarah ke China pada tahun 1986, Pangeran Philip yang menyebut dirinya sebagai “orang tua yang suka membantah” itu memperingatkan sekelompok mahasiswa Inggris, “Kalau kalian tinggal di sini lebih lama lagi, kalian semua akan bermata sipit.”
Ada juga reputasinya sebagai orang yang suka main perempuan, hal yang mengkhawatirkan keluarga kerajaan, bahkan sebelum ia dan Ratu menikah.
Keluarga kerajaan kabarnya mendapati bahwa perwira Angkatan Laut muda ini “berperilaku kasar, tidak sopan dan tidak berpendidikan” dan khawatir ia “mungkin akan tidak setia.”
Lelaki yang disebut ibu suri sebagai “the Hun” karena berdarah Jerman itu, segera saja dicurigai terlibat sejumlah perselingkuhan, hal yang kemudian dimunculkan dalam serial populer Netflix, "The Crown".
Tetapi Philip menertawakan pembicaraan mengenai perselingkuhan dengan Sarah, ibunda Duchess of York yang kerap disebut sebagai salah seorang mantan kekasihnya.
“Selama 40 tahun ini saya tidak pernah pergi ke manapun tanpa seorang polisi pendamping. Jadi bagaimana saya dapat melakukan hal seperti itu?,” katanya.
Di rumahnya, ia terkenal bersikap dingin terhadap keempat anaknya, Charles, Anne, Andrew dan Edward. Tetapi banyak juga pengamat yang menganggap Philip adalah perekat yang mempersatukan keluarga kerajaan.
Dan dalam sisi lembutnya yang jarang terlihat, terungkap pula bahwa mendiang Putri Diana menyebutnya sebagai “Dearest Pa” atau “Ayah Tersayang”, dalam surat-surat, di mana ia memberi penghiburan atas pernikahannya yang memburuk dengan putra sulungnya, Charles.
Mencoba berbagai cara
Philip, pendamping ratu yang paling lama di dunia, dikaruniai kesehatan yang baik hampir sepanjang hidupnya, dan terakhir kali tampil resmi pada Agustus 2017, pada usia 96 tahun. Tetapi ia dirawat di rumah sakit dengan berbagai keluhan begitu ia memasuki usia 90-an, yang terakhir adalah untuk menjalani prosedur jantung.
Pada Januari 2019, pada usia 97 dan masih menyetir mobil, ia mengalami kecelakaan di dekat puri kerajaan di Sandringham, di Inggris Timur. Mobil Land Rover Freelander-nya terbalik dan dua pengendara kendaraan bermotor lainnya cedera. Para jaksa memutuskan untuk tidak menetapkan dakwaan setelah pangeran, yang lolos tanpa cedera apapun, dengan sukarela menyerahkan SIM-nya.
Kecelakaan itu membuatnya menarik diri dari kehidupan publik dan ia melewatkan sebagian besar tahun 2020 dengan mengisolasi diri bersama Ratu di Puri Windsor, di bagian barat London, berlindung dari pandemi virus corona.
Tetapi ia tampil beberapa kali, termasuk pada upacara pernikahan cucunya, Putri Beatrice pada Juli lalu, empat bulan sebelum ia merayakan ulang tahun pernikahannya yang ke-73.
Ia juga menghadiri sebuah upacara militer di Windsor pada Juli lalu, sewaktu ia menyerahkan peran militer seremonialnya sebagai Komandan Resimen The Rifles kepada menantunya, Camilla, istri Pangeran Charles.
Pangeran Philip, yang tidak pernah membicarakan perasaannya sendiri, mengakui dalam wawancara yang jarang dilakukannya, pada tahun 2011, bahwa ia membentuk perannya sendiri di tengah keluarga kerajaan dengan “mencoba-coba berbagai cara.”
Ketika ditanya apakah ia telah berhasil, ia mengatakan kepada BBC dengan sikap terus terangnya yang khas, “Saya tidak peduli. Siapa yang peduli tentang apa yang saya pikirkan? Maksud saya, ini konyol sekali.”
Tetapi ratu sendiri lebih berterus terang mengenai betapa berartinya Philip. “Ia sederhananya, telah benar-benar menjadi kekuatan saya selama bertahun-tahun,” katanya dalam pidato untuk memperingati ulang tahun pernikahan emas mereka pada tahun 1997.
Pengasingan dari Yunani
Pangeran Philippos dari Yunani dan Denmark lahir di sebuah meja dapur di Corfu pada 10 Juni 1921. Ia adalah putra satu-satunya dari Pangeran Andrew dari Yunani, adik Raja Yunani Konstantine dan Putri Alice dari Battenberg.
Pada usia 18 bulan, ia dan keluarganya diungsikan dengan kapal Angkatan Laut Kerajaan Inggris dari Yunani yang menghadapi ketidakstabilan politik. Ia konon dibawa dalam keranjang bayi yang terbuat dari peti jeruk.
Keluarganya kemudian bermukim di Paris. Philip muda masuk sekolah umum yang ketat, Gordonstoun di Aberdeenshire, Skotlandia Timur Laut.
Ia melanjutkan kecintaannya berlayar dan ketika pecah Perang Dunia II pada tahun 1939, ia menjadi kadet Angkatan Laut Kerajaan sebelum berdinas di kapal perang di Samudera Hindia dan di Laut Tengah. Sementara perang berlanjut, Philip ditugaskan ke berbagai tempat dan dipromosikan naik pangkat.
Pada tahun 1945, ia berpangkat letnan satu dan menyaksikan takluknya Jepang di Teluk Tokyo dengan Armada Pasifik Inggris.
Philip diperkenalkan secara resmi kepada Putri Elizabeth, calon ratu Inggris ketika itu, pada Juli 1939. Pasangan ini merupakan sepupu jauh karena memiliki nenek buyut yang sama, Ratu Victoria. Mereka tetap berhubungan semasa perang, dan beberapa kali bertemu langsung.
Baru pada Juli 1947 pertunangan mereka diumumkan. Mereka menikah pada 20 November tahun itu di Westminster Abbey di London.
Kewajiban melayani ratu
Pasangan kerajaan ini melakukan tur penting pertama bersama mereka ke Kanada dan AS pada tahun 1951.
Berpangkat setara Letnan Kolonel, karier Philip di Angkatan Laut Inggris terhenti karena mangkatnya ayah Elizabeth, Raja George VI, pada tahun 1952, yang mengantarkan Elizabeth naik takhta.
“Pangeran Philip adalah pelaut yang sangat berbakat,” kata rekannya Terence Lewin. “Kalau saja ia tidak menjadi seperti apa yang ia lakukan, dialah yang akan menjadi kepala staf Angkatan Laut, bukannya saya.”
Philip pernah mengakui bahwa terhentinya kariernya itu “mengecewakan” tetapi menambahkan, “menikah dengan ratu, bagi saya, kewajiban pertama saya adalah untuk melayaninya dengan cara terbaik yang saya bisa.”
Namun ia masih berhubungan erat dengan angkatan bersenjata dan Ratu memperingati HUT ke-90 Philip pada tahun 2011 dengan mengangkatnya sebagai "Lord High Admiral", pangkat pemimpin kehormatan Angkatan Laut Kerajaan Inggris, sebuah jabatan yang sebelumnya dipegang Ratu sendiri.
Philip juga seorang penerbang yang giat, mencatat lebih dari 5.000 jam terbang sebagai pilot, dan mengalihkan kecintaannya pada kuda untuk kompetisi, mula-mula sebagai pemain polo dan kemudian mewakili Inggris dalam mengemudikan kereta kuda.
Ia juga menunjukkan minat dalam sains, teknologi dan lingkungan hidup, dan selama bertahun-tahun mengendarai taksi berbahan bakar LPG di sekitar London.
Warisan terbesarnya mungkin terletak pada "Penghargaan Duke of Edinburgh", yang didirikan pada tahun 1956 untuk membangun rasa percaya diri dan keterampilan anak-anak muda berusia 15 hingga 25 tahun di Inggris dan Persemakmuran.
Putra bungsunya, Edward, mengatakan, nilai penting penghargaan itu kemungkinan besar menjadi lebih besar mengingat dampak pandemi virus corona terhadap pendidikan formal.
“Saya pikir peran nonformal dalam keadaan sekarang ini akan jauh lebih penting daripada sebelumnya karena keterampilan dan pengalaman seperti itu yang akan dicari,” katanya kepada stasiun televisi Sky News.
Philip juga pelindung sejumlah organisasi, termasuk World Wide Fund for Nature, dan pemimpin universitas Cambridge dan Edinburgh. [uh/ab]