Tautan-tautan Akses

Para Mediator Desak Israel dan Hamas untuk Finalisasi Perjanjian Damai


Polisi Israel mengamankan seorang pedemo dalam unjuk rasa untuk mendesak pembebasan sandera yang ditahan di Jalur Gaza oleh kelompok militan Hamas, di Tel Aviv, Israel, Sabtu, 1 Juni 2024. (Foto: Maya Alleruzzo/AP Photo)
Polisi Israel mengamankan seorang pedemo dalam unjuk rasa untuk mendesak pembebasan sandera yang ditahan di Jalur Gaza oleh kelompok militan Hamas, di Tel Aviv, Israel, Sabtu, 1 Juni 2024. (Foto: Maya Alleruzzo/AP Photo)

Para mediator perang di Gaza pada Sabtu (1/6) meminta Israel dan Hamas untuk menyelesaikan kesepakatan yang diuraikan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.

Dalam pernyataan bersama, Qatar, Amerika Serikat dan Mesir mengatakan bahwa “sebagai mediator dalam diskusi yang sedang berlangsung untuk mencapai gencatan senjata di Gaza dan pembebasan para sandera dan tahanan,” mereka “menyerukan Hamas dan Israel untuk menyelesaikan perjanjian tersebut. mewujudkan prinsip-prinsip yang dipaparkan" oleh Biden pada Jumat (31/5).

Biden mengatakan perjanjian perdamaian akan mencakup gencatan senjata awal selama enam minggu dengan penarikan sebagian militer Israel, dan pembebasan beberapa sandera, sementara “pengakhiran permusuhan secara permanen” dinegosiasikan melalui para mediator.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan kembali posisinya pada Sabtu (1/6). Dia menekankan bahwa persyaratan yang diminta Israel untuk mengakhiri perang tidak berubah: “penghancuran kemampuan militer dan pemerintahan Hamas, pembebasan semua sandera dan memastikan bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel. "

Dua anggota Kabinet sayap kanan, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich pada Sabtu (1/6) mengancam akan menjatuhkan pemerintahan Netanyahu jika dia menyetujui proposal Biden.

Pemimpin oposisi Yair Lapid mendesak Netanyahu untuk menerima kesepakatan itu dan menawarkan dukungan kepada perdana menteri jika Ben Gvir dan Smotrich mundur.

“Saya mengingatkan Netanyahu bahwa dia memiliki jaring pengaman kami untuk kesepakatan penyanderaan,” kata Lapid di platform X, yang sebelumnya Twitter.

Keluarga para sandera mendesak Israel dan Hamas untuk menyetujui kesepakatan tersebut. Mereka kembali berunjuk rasa pada Sabtu (1/6) di Tel Aviv untuk menuntut pemulangan para sandera.

Asap membubung dari serangan udara oleh Israel terhadap Rafah di selatan Jalur Gaza, Jumat, 31 Mei 2024. (Foto: Abdel Kareem Hana/AP Photo)
Asap membubung dari serangan udara oleh Israel terhadap Rafah di selatan Jalur Gaza, Jumat, 31 Mei 2024. (Foto: Abdel Kareem Hana/AP Photo)

Sementara itu, Hamas mengatakan pada Jumat (31/5) bahwa pihaknya siap untuk terlibat “secara positif dan konstruktif.” Namun pejabat senior Mahmoud Mardawi mengatakan dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Qatar bahwa kelompok tersebut belum menerima perincian proposal tersebut.

“Tidak ada kesepakatan yang bisa dicapai sebelum tuntutan penarikan tentara pendudukan dan gencatan senjata dipenuhi,” katanya.

Persyaratan Hamas menyerukan diakhirinya perang dan penarikan pasukan Israel dari Gaza secara penuh.

Pertempuran berkecamuk

Di Gaza selatan, warga melaporkan adanya tembakan tank pada Sabtu (1/6) di Rafah barat dan penembakan di bagian timur dan tengah kota. Di Gaza utara, warga Beit Hanun diperintahkan untuk mengungsi. Beit Hanun berjarak 15 menit berkendara dari Jabalia tempat pasukan Israel melakukan operasi darat selama tiga minggu, menurut laporan dari kantor berita Agence France-Presse (AFP).

Stasiun TV Mesir, Al Qahera, melaporkan Kairo akan menjadi tuan rumah pertemuan dengan para pejabat Israel dan AS pada Minggu (2/6) untuk membahas pembukaan kembali penyeberangan Rafah.Israel merebut penyeberangan Rafah dan Kerem Shalom pada awal Mei. Keduanya berada di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir.

Israel mengatakan Kerem telah dibuka kembali. Namun Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan hanya sedikit atau bahkan tidak ada bantuan kemanusiaan yang berhasil disalurkan. Kedua penyeberangan tersebut merupakan pelabuhan penting untuk masuknya makanan, bahan bakar, obat-obatan dan pasokan lainnya.

Sejak Hamas melancarkan serangan teror pada 7 Oktober terhadap Israel, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang, Israel telah melancarkan serangan untuk melenyapkan Hamas dari Gaza.

Dalam beberapa pekan terakhir, Israel mengatakan pasukannya telah membunuh 30.000 orang, sebagian besar dari mereka adalah kombatan. Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan 36.284 orang tewas, kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, tetapi tidak memberi perkiraan berapa banyak korban tewas yang merupakan kombatan. [ft]

Koresponden VOA di PBB Margaret Besheer berkontribusi dalam laporan ini. Beberapa materi disediakan oleh The Associated Press, Agence France-Presse dan Reuters.

XS
SM
MD
LG