Sementara Presiden Trump telah bolak-balik berubah pandangan mengenai isu itu di depan publik, para ahli kebijakan luar negeri mengatakan langkah demikian akan melemahkan aliansi itu dan membuat Presiden Rusia Vladimir Putin, yang telah lama mengkritik NATO, semakin berani.
Selama sekitar 70 tahun, Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO telah dipandang sebagai pilar penting stabilitas oleh para presiden dan anggota Kongres Amerika, baik dari partai Demokrat maupun Republik.
Tetapi pandangan Trump tentang aliansi itu selama kampanye 2016 memecahkan konsensus bipartisan itu.
Dalam salah satu kampanyenya, Trump mengatakan, “Saya katakan, NATO sudah usang. Sudah 67 tahun, atau sudah lebih dari 60 tahun. NATO yang beranggotakan banyak negara itu tidak menangani terorisme, oke? NATO itu untuk menghadapi Uni Soviet, yang sudah tidak ada lagi.”
Sejak pemilihannya, Presiden Trump mengatakan dia tidak lagi menganggap NATO usang, tetapi dia telah berulang kali mendesak negara-negara sekutu di Eropa agar meningkatkan kontribusi, seperti pada KTT NATO bulan Juli lalu.
“Selama bertahun-tahun para presiden telah datang ke pertemuan-pertemuan ini dan berbicara tentang biaya, biaya yang luar biasa bagi Amerika Serikat, dan kemajuan luar biasa telah dicapai. Setiap orang telah sepakat untuk secara substansial meningkatkan komitmen mereka. Mereka akan menaikkan kontribusi sampai pada tingkat yang tidak pernah mereka pikirkan sebelumnya,” tambahnya.
Bereaksi terhadap laporan New York Times, Selasa (15/1), para analis mengatakan mundurnya Menteri Pertahanan James Mattis baru-baru ini membuat mereka khawatir tentang masa depan NATO.
Mark Simakovsky dari Atlantic Council, sebuah lembaga nirlaba di Washington, D.C., yang berkecimpung dalam kajian kebijakan keamanan internasional dan kemakmuran ekonomi global, menjelaskan.
“Saya kira Menteri Pertahanan James Mattis adalah rem utama pada ambisi dan kepentingan Presiden Trump dalam keinginannya untuk meninggalkan aliansi itu. Kepergiannya menciptakan peluang luar biasa bagi presiden dan atau siapa pun dalam pemerintahan yang tidak melihat pentingnya aliansi NATO untuk terus mengusahakan penarikan diri Amerika,” ulas Mark Simakovsky.
Simakovsky memperingatkan bahwa jika hal ini terjadi, Presiden Rusia Vladimir Putin akan menjadi orang yang paling diuntungkan.
“Itu akan menjadi hadiah yang penting baginya dan dia akan melihatnya sebagai undangan terbuka untuk agresi masa depan di Eropa,” imbuhnya.
Sebagian pakar mengatakan mungkin sudah waktunya bagi Kongres Amerika untuk mengirim pesan kepada presiden dengan mengadakan pemungutan suara simbolis yang menyatakan betapa pentingnya NATO bagi keamanan nasional Amerika dan stabilitas dunia. [uh]