Sementara jumlah korban tewas akibat virus korona terus bertambah di China dan beberapa tempat lain, ribuan pelajar Afrika di China menghitung waktu sambil berharap pemerintah mereka akan mengevakuasi mereka.
Solomon Yohannes dari Ethiopia, mahasiswa tahun ketiga jurusan teknik mesin Wuchang Technology University di kawasan Wuhan, yang menjadi pusat wabah, duduk di sebuah ruangan dalam kampus yang kosong. Ia mengatakan, semua mahasiswa Wuchang yang jumlahnya mencapai 15.000 orang telah meninggalkan kampus, tapi sekitar 200 pelajar asing, umumnya Afrika, masih bertahan.
"Kami berharap dua atau tiga hari lagi akan ada solusi,” katanya kepada VOA. Ia mengaku, dirinya dan sejumlah temannya masih terisolasi. “Jika kita pergi. Kita harus memakai semua peralatan pelindung,” katanya.
Seorang pelajar Afrika lain di Wuchang menyerukan agar pemerintah Ethiopia mengambil tindakan. “Kami ingin pemerintah kami membawa kami ke luar dari negara ini seperti halnya pemerintah negara-negara lain,” katanya kepada VOA. “Amerika, India, mengevakuasi semua warga negara mereka ke luar dari negara ini. Kami ingin pemerintah setidaknya membawa kami ke luar dari kota yang sedang dilanda krisis ini.”
Diperkirakan ada sekitar 61.000 pelajar Afrika yang belajar di China dan kini mereka menghadapi kekurangan pangan, isolasi dan ketidakpastian. Pekan lalu, seorang pelajar asal Kamerun berusia 21 tahun yang belajar dikota Jingzhou terbukti vositif mengidap virus korona. Pelajar itu merupakan mahasiswa Afrika yang pertama kali dilaporkan tertular virus itu. [ab/uh]