Para pemimpin negara-negara di kawasan Afrika Barat bertemu di ibu kota Nigeria, Abuja, pada Minggu (10/12) untuk membicarakan krisis yang semakin parah di wilayah mereka, setelah empat negara jatuh ke bawah kekuasaan militer dan dengan risiko yang meningkat dari konflik jihadis di kawasan Sahel.
Setelah kudeta di Mali, Burkina Faso, Guinea dan Niger sejak 2020, Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat atau ECOWAS menyatakan, negara anggota mereka yaitu Sierra Leone dan Guinea-Bissau melaporkan upaya kudeta dalam beberapa minggu terakhir.
Penarikan militer Prancis dari Sahel, wilayah di sepanjang gurun Sahara di Afrika, telah meningkatkan kekhawatiran akan konflik yang menyebar ke selatan, hingga negara-negara Teluk Guinea, seperti Ghana, Togo, Benin, dan Pantai Gading.
Perhatian internasional terfokus pada kudeta terbaru di Niger pada Juli setelah tentara menggulingkan Presiden Mohamed Bazoum, mendorong ECOWAS menjatuhkan sanksi keras dan menutup perdagangan dengan negara itu.
Niger, mitra utama Barat dalam perang melawan militan di Sahel, telah meminta pasukan Prancis yang berbasis di sana untuk pergi, sementara AS masih memiliki personel militer di negara tersebut.
Namun perundingan baru-baru ini dengan rezim di Niamey terhenti. ECOWAS menyerukan segera dikembalikannya Bazoum untuk berkuasa, namun penguasa Niger tetap menahan presiden yang digulingkan itu dan menginginkan waktu hingga tiga tahun untuk transisi kembali ke pemerintahan sipil.
“Pihak otoritas militer sayangnya hanya menunjukkan sedikit penyesalan, ketika mereka mempertahankan posisi mereka yang tidak dapat dipertahankan, tidak hanya menyandera Presiden Bazoum, keluarganya, dan anggota pemerintahannya, tetapi juga rakyat Niger,” kata presiden komisi ECOWAS, Omar Touray pada pembukaan pertemuan puncak tersebut.
Touray mengatakan ECOWAS mengakui situasi “kemanusiaan yang mengerikan” di Niger, namun menuduh penguasa di Niamey mengganggu aliran bantuan yang diizinkan masuk ke negara tersebut.
Sebagai tanda bahwa ECOWAS akan mempertahankan sikap kerasnya terhadap Niamey, Perdana Menteri Niger di pengasingan, Ouhoumoudou Mahamadou, menghadiri pertemuan puncak di Abuja.
Presiden Nigeria, Bola Ahmed Tinubu yang saat ini menjabat sebagai ketua ECOWAS dan Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Afrika, Molly Phee, juga menghadiri pertemuan tersebut untuk membahas bagaimana mendukung kembalinya Niger ke pemerintahan demokratis dan keamanan di kawasan Sahel.
KTT biasa ini juga akan membahas transisi kembali ke pemerintahan sipil dan pemilu yang tertunda atau tidak pasti di Mali, Burkina Faso, Guinea dan Niger.
Tinubu menyerukan “pembicaraan kembali dengan negara-negara di bawah kekuasaan militer berdasarkan rencana transisi yang realistis dan singkat”. [ns/lt]
Forum