Pemimpin-pemimpin Afrika hampir secara resmi menuntut Presiden Donald Trump untuk minta maaf atas serangkain komentar kasar Afrika dan isu imigrasi, namun mereka membatalkan rencana, menurut laporan media.
Uni Afrika menyusun tanggapan mereka atas komentar-komentar tersebut untuk Presiden Trump pada sebuah pertemuan puncak pekan ini.
Rancangan pernyataan itu memperingatkan bahwa sikap rasis dan xenofobia Trump bisa mengancam kemitraan antara Amerika dan Afrika.
Kata pernyataan itu, “pemimpin-pemimpin Afrika marah dengan komentar presiden itu serta terkejut dengan kecenderungan pemerintahan Trump merendahkan rakyat keturunan Afrika dan kulit berwarna lainnya, yang makin konsisten.”
Tetapi Uni Afrika memutuskan untuk tidak merilis draft pernyataan itu. Mereka mengacu kepada surat tertanggal 25 Januari dari Trump. Dalam surat itu, Trump berjanji memberi penghormatan tinggi kepada Afrika dan mengumumkan bahwa Menteri Luar Negeri Rex Tillerson akan melakukan kunjungan ke Afrika pada Maret.
Trump juga bertemu dengan Presiden Rwanda, Paul Kagame, disela-sela forum ekonomi Davos minggu lalu.
Kagame adalah Ketua Uni Afrika pada periode ini, dan katanya, Uni Afrika harus mencari cara untuk bisa bersahabat dengan Trump.
“Ketika Amerika memutuskan untuk memberi kita Trump sebagai presiden, kita akan berhubungan dengan presiden itu,” kata Kagame.
Trump dilaporkan mengatai Afrika, Haiti, dan El Salvador sebagai negara-negara buruk dan miskin, ketika berlangsung pertemuan Gedung Putih bulan ini, dan hendak mengucilkan Haiti dari reformasi imigrasi.
Trump membantah melontarkan kata-kata itu. [ps/jm]