Para pemimpin Balkan memboikot pelantikan hari Senin Presiden Serbia, Tomislav Nikolic, atas ucapannya baru-baru ini mengenai pembantaian kaum Muslim tahun 1995 di kota Srebrenica, bagian timur Bosnia-Herzegovina.
Hanya presiden Montenegro menghadiri upacara pelantikan itu di Beograd. Para pemimpin Bosnia-Herzegovina, Kroasia, Macedonia, dan Slovenia tidak mau datang.
Sebelumnya bulan ini, Nikolic, seorang bekas nasionalis ektrim kanan, membantah bahwa pembunuhan delapan ribu pria Muslim oleh pasukan Serbia Bosnia di Srebrenica adalah genosida. Mahkamah Internasional dan Mahkamah Kejahatan Perang PBB menetapkan bahwa pembantaian Srebrenica memenuhi definisi hukum genosida.
Nikolic memang menyebut pembunuhan Srebrenica sebagai kejahatan yang keji, yang pelakunya harus diseret ke pengadilan.
Nikolic juga menimbulkan kemarahan warga Kroasia dengan menyebut kota perbatasan Kroasia, Vukovar, sebagai wilayah Serbia, dimana pengungsi Kroasia seharusnya tidak diizinkan kembali ke negaranya. Pasukan Serbia membombardir Vukovar awal tahun 1990-an.
Presiden Nikolic mengatakan dalam pidato pelantikannya bahwa perbedaan pandangan mengenai masa lampau membahayakan masa depan Balkan. Menurutnya perbedaan pandangan tersebut akan diselesaikan melalui dialog. Nikolic juga berjanji untuk mempertahankan Serbia menuju Uni Eropa, yang disebutnya jalan ke masa depan Serbia.
Nikolic memenangkan pemilihan presiden babak kedua tanggal 20 Mei melawan Presiden yang berkuasa Boris Tadic. Nikolic telah mengurangi kecaman-kecaman nasionalisnya dalam beberapa tahun ini dan sekarang memandang dirinya sebagai pro-Barat.
Hanya presiden Montenegro menghadiri upacara pelantikan itu di Beograd. Para pemimpin Bosnia-Herzegovina, Kroasia, Macedonia, dan Slovenia tidak mau datang.
Sebelumnya bulan ini, Nikolic, seorang bekas nasionalis ektrim kanan, membantah bahwa pembunuhan delapan ribu pria Muslim oleh pasukan Serbia Bosnia di Srebrenica adalah genosida. Mahkamah Internasional dan Mahkamah Kejahatan Perang PBB menetapkan bahwa pembantaian Srebrenica memenuhi definisi hukum genosida.
Nikolic memang menyebut pembunuhan Srebrenica sebagai kejahatan yang keji, yang pelakunya harus diseret ke pengadilan.
Nikolic juga menimbulkan kemarahan warga Kroasia dengan menyebut kota perbatasan Kroasia, Vukovar, sebagai wilayah Serbia, dimana pengungsi Kroasia seharusnya tidak diizinkan kembali ke negaranya. Pasukan Serbia membombardir Vukovar awal tahun 1990-an.
Presiden Nikolic mengatakan dalam pidato pelantikannya bahwa perbedaan pandangan mengenai masa lampau membahayakan masa depan Balkan. Menurutnya perbedaan pandangan tersebut akan diselesaikan melalui dialog. Nikolic juga berjanji untuk mempertahankan Serbia menuju Uni Eropa, yang disebutnya jalan ke masa depan Serbia.
Nikolic memenangkan pemilihan presiden babak kedua tanggal 20 Mei melawan Presiden yang berkuasa Boris Tadic. Nikolic telah mengurangi kecaman-kecaman nasionalisnya dalam beberapa tahun ini dan sekarang memandang dirinya sebagai pro-Barat.