Para pemimpin Lebanon menyepakati sebuah kompromi jangka pendek untuk mempertahankan subsidi BBM, kata kantor kepresidenan dan perdana menteri pada Sabtu (21/8). Langkah itu dinilai akan memicu kenaikan harga.
Awal bulan ini, bank sentral mengatakan tidak mampu lagi mendukung impor BBM dengan nilai tukar preferensial. Banyak pihak menilainya sebagai langkah de facto untuk mengakhiri subsidi.
Panik besar-besaran terjadi. Para distributor mengurangi pengiriman hingga harga baru diumumkan. Antrean panjang kendaraan terjadi di luar pom bensin.
Pada Sabtu (21/8) malam, kantor kepresidenan mengumumkan persetujuan "permintaan bagi Bank Lebanon untuk membuka sebuah akun sementara untuk membayar subsidi BBM yang mendesak dan luar biasa."
Sekitar $225 juta akan dianggarkan untuk mensubsidi impor gas, BBM dan gas elpiji hingga akhir September, katanya.
Kompromi itu disepakati dalam sebuah pertemuan yang dihadiri oleh presiden, kata kepala bank sentral dan penjabat perdana menteri, serta menteri keuangan dan menteri energi.
Para pejabat Lebanon telah mengatakan krisis itu terjadi akibat penimbunan BBM oleh para distributor agar bisa menjual dengan harga lebih tinggi, serta akibat penyelundupan ke Suriah. [vm/ft]