Seorang wartawan Perancis yang mengaku melihat video yang diambil dari ponsel tersebut mengatakan mendengar suara teriakan yang pilu ketika pesawat dengan kecepatan penuuh menuju pegunungan.
Tidak ada video atau suara dari ponsel milik 150 orang di dalam pesawat yang tewas dalam kecelakaan pada tanggal 24 Maret dirilis kepada publik.
Pertanyaan kemudian muncul tentang laporan wartawan Frederic Helbert di majalah Perancis, Paris-Match dan di tabloid Jerman Bild minggu ini tentang video yang menurutnya ia lihat. Helbert mati-matian mempertahankan laporannya di sebuah wawancara pada hari Kamis (2/4) dengan The Associated Press.
Pihak berwenang awalnya mengatakan tidak menemukan video dari ponsel tentang Germanwings A320 yang menabrak Pegunungan Alpen. Tapi Jaksa Marseille Brice Robin tidak menutup kemungkinan video serupa mungkin ada tapi belum diserahkan kepada para penyelidik.
Pada hari Kamis (2/4), Letkol Jean-Marc Menichini mengatakan pada The AP bahwa tim SAR menemukan ponsel, tapi mereka belum menelitinya dengan mendalam. Ia tidak mau memberikan keterangan lebih panjang.
Pasukan gunung khusus terus mencari barang-barang milik korban dan kotak alat perekam hitam kedua di wilayah tersebut pada hari Kamis (2/4). Para penyelidik yakin Andreas Lubitz sengaja menabrakkan pesawat tersebut ke gunung, berdasarkan rekaman dari rekorder audio kokpit.
Helbert mengatakan ia melihat video tersebut berkat seorang perantara yang mempunyai akses ke penyelidikan, tapi tidak mempunyai salinan video tersebut. Media memilih tidak mempublikasikan video itu, menurutnya, "karena tidak ada manfaatnya untuk penyelidikan tapi bisa menjadi sesuatu yang menyedihkan bagi keluarga korban."
Video tersebut diambil dari belakang pesawat, ujarnya, jadi "Anda tidak bisa melihat wajah mereka, tapi bisa mendengar mereka menjerit dan berteriak."
"Tidak ada yang bergerak atau meninggalkan tempat duduknya," katanya pada AP di Paris. "Yang menyedihkan adalah, apa yang tertanam di kepala saya, adalah suaranya."
Di tengah-tengah suasana yang kacau, ia mengatakan, ia bisa mendengar "sebuah kata Jerman, dan mungkin sedikit Spanyol...Anda mendengar 'Tuhan, Tuhan' dalam berbagai bahasa."
"Orang-orang tahu sesuatu yang buruk sedang terjadi," ujarnya.
Seluruh penumpang yang berjumlah 150 orang di dalam pesawat 9525 dari Barcelona ke Duesseldorf tewas.
Penyelidikan fokus terhadap pertanyaan kenapa Lubitz tampaknya sengaja menabrakkan pesawat, dan seberapa jauh atasannya tahu tentang masalah psikologis yang ia hadapi di masa lalu.
Di Jerman, pada hari Kamis (2/4), Germanwings mengatakan ia tidak tahu bahwa Lubitz menderita depresi selama pendidikan pilot yang ia jalani. Maskapai penerbangan Jerman Lufthansa mengkonfirmasi pada hari Selasa (31/3) bahwa mereka tahu enam tahun lalu bahwa Lubitz mengalami satu masa "depresi hebat" sebelum menyelesaikan pendidikan penerbangannya.
"Kami tidak mengetahui hal ini," kata Vanessa Torres, juru bicara anak perusahaan Lufthansa, Germanwings, yang mempekerjakan Lubitz pada bulan September 2013.
Ia tidak bisa menjelaskan mengapa Germanwings tidak mengetahui tentang keadaan depresi itu sementara induk perusahaannya, Lufthansa, mengetahuinya.
Menteri Transportasi Alexander Dobrindt dan Asosiasi Penerbangan Jerman, yang mewakili maskapai penerbangan Jerman, mengumumkan pembentukan satuan tugas ahli untuk menyelidiki apa yang terjadi dan mempertimbangkan apakah diperlukan perubahan untuk prosedur penguncian pintu kokpit atau prosedur bagi pilot agar bisa lolos pemeriksaan medis.
Satuan tugas tersebut akan membahas tentang "bagaimana mengenali perilaku-perilaku psikologis khusus," kata Dobrindt.
Kesimpulan yang diambil akan disampaikan juga kepada organisasi keselamatan penerbangan internasional.
Badan penyelidikan kecelakaan udara Perancis mengatakan akan memeriksa kembali peraturan tentang pintu kokpit dan prosedur pemeriksaan psikologis.