Tautan-tautan Akses

Para Staf Keamanan Resah dengan Pembicaraan Telepon Trump dengan Zelenskiy


Duta Besar AS untuk Uni Eropa, Gordon Sondland saat bersaksi di hadapan sidang Komite Intelijen DPR AS, di Gedung Capitol, Washington, D.C., 20 November 2019.
Duta Besar AS untuk Uni Eropa, Gordon Sondland saat bersaksi di hadapan sidang Komite Intelijen DPR AS, di Gedung Capitol, Washington, D.C., 20 November 2019.

Fraksi Demokrat di DPR AS mengadakan dengar keterangan publik untuk minggu kedua pada hari Selasa (19/11) dalam penyelidikan pemakzulan Presiden Donald Trump. Dalam kesaksian secara maraton itu, para saksi langsung menggambarkan pembicaraan telepon Trump 25 Juli dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy yang memicu penyelidikan pemakzulan.

Rabu ini adalah hari penting dalam penyelidikan pemakzulan ketika Gordon Sondland - salah seorang pemain kunci dalam dugaan saluran diplomatik Trump yang tidak lazim - berencana untuk memberikan kesaksian publiknya. Mengenai duta besar Amerika untuk Uni Eropa itu, Letnan Kolonel Alexander Vindman, Direktur Urusan Eropa di Dewan Keamanan Nasional mengatakan dalam kesaksiannya pada hari Selasa (19/11).

Letnan Kolonel Alexander Vindman, Direktur Urusan Eropa di Dewan Keamanan Nasional memberikan kesaksian di Gedung Capitol, Washington, D.C., 19 November 2019.
Letnan Kolonel Alexander Vindman, Direktur Urusan Eropa di Dewan Keamanan Nasional memberikan kesaksian di Gedung Capitol, Washington, D.C., 19 November 2019.

“Duta Besar Sondland mengatakan bahwa untuk bisa diterima di Gedung Putih, Ukraina harus memberikan hasil, yaitu investigasi, investigasi spesifik,” kata Alexander Vindman.

Vindman, satu di antara empat orang yang bersaksi hari Selasa, berbicara langsung mengenai saluran diplomatik yang diduga tidak lazim, termasuk pembicaraan telepon 25 Juli antara Trump dan Zelinskiy, yang merupakan inti dari penyelidikan pemakzulan yang sedang berlangsung.

Mengenai tuduhan melakukan penekanan itu, anggota Kongres Adam Schiff, Ketua Komite Intelijen DPR AS mengatakan, “Dengan menekan seorang pemimpin asing agar mengumumkan penyelidikan terhadap lawan politiknya, Presiden Trump menempatkan kepentingan pribadi dan politiknya di atas kepentingan bangsa.”

Vindman dan Jennifer Williams, ajudan Wakil Presiden Mike Pence mengatakan kepada para anggota Kongres bahwa mereka prihatin tentang tindakan Trump tersebut. Williams di antaranya menjelaskan, “Menurut saya pembicaraan telepon tanggal 25 Juli tidak biasa karena, berbeda dengan pembicaraan telepon presiden-presiden lainnya yang saya amati, pembicaraan itu termasuk diskusi tentang apa yang tampaknya merupakan masalah politik domestik.”

Letnan Kolonel Alexander Vindman menambahkan, “Tidak pantas bagi seorang presiden Amerika Serikat untuk menuntut pemerintah asing menyelidiki warga negara Amerika dan lawan politiknya. Juga jelas bahwa jika Ukraina melakukan penyelidikan itu - jika Ukraina melakukan penyelidikan mengani pemilihan umum 2016, Biden dan Burisma, maka hal itu akan ditafsirkan sebagai permainan partisan. Hal demikian tidak diragukan lagi akan membuat Ukraina kehilangan dukungan bipartisan, merusak keamanan nasional Amerika dan memajukan tujuan-tujuan strategis Rusia di kawasan itu.”

Namun, Partai Republik berpendapat bahwa transkrip dari pembicaraan telepon itu yang dirilis oleh Gedung Putih membebaskan presiden dari tuduhan tersebut, seperti dikatakan oleh Jim Jordan, anggota Kongres dari Partai Republik.

“Transkrip itu tidak menunjukkan adanya hubungan. Kedua orang yang berbicara di telepon telah mengatakan tidak ada tekanan, tidak ada dorongan, tidak ada hubungan dengan dana bantuan keamanan dengan investigasi itu,” jelasnya.

Kurt Volker, Mantan Utusan Khusus Amerika untuk Ukraina, saat bersaksi di gedung Capitol, Washington, D.C., 19 November 2019.
Kurt Volker, Mantan Utusan Khusus Amerika untuk Ukraina, saat bersaksi di gedung Capitol, Washington, D.C., 19 November 2019.

Sementara itu, Presiden Trump meremehkan kesaksian langsung tersebut. “Semua orang ini berbicara bahwa mereka mendengar percakapan dari percakapan orang lain yang mendengar percakapan yang dilakukan oleh presiden. Apa yang berlangsung sekarang ini adalah aib, dan itu memalukan bagi bangsa kita.”

Sementara itu saksi yang dipanggil oleh Fraksi Republik di DPR memberikan kesaksian yang juga menguntungkan posisi presiden, seperti yang disampaikan oleh Kurt Volker, Mantan Utusan Khusus Amerika untuk Ukraina.

“Saya adalah diplomat pemimpin yang berurusan dengan perang Rusia di Ukraina. Peran saya bukanlah saluran yang tidak lazim, tetapi saluran resmi,” jelasnya.

Kesaksian Kurt Volker juga bisa dianggap merugikan presiden, misalnya ketika dia mengatakan, “Saya kira tuduhan terhadap Wakil Presiden Biden itu mementingkan diri sendiri dan tidak kredibel.”

Penyelidikan terhadap Biden dan putranya, Hunter Biden, dikaitkan dengan pencairan bantuan Amerika ke Ukraina, ujar Sondland dalam kesaksian yang telah disuntingnya sendiri. Suntingan itu pasti akan ditanyakan oleh anggota Dewan dari Partai Demokrat pada hari Rabu ini. [lt/uh]

XS
SM
MD
LG