Para pejabat Barat mengecam pihak berwenang Myanmar setelah polisi setempat memukuli demonstran mahasiswa dengan pentungan untuk membubarkan pawai menuntut agar pemerintah mencabut undang-undang reformasi pendidikan.
Polisi memukuli mahasiswa hari Selasa di Letpadan setelah mahasiswa berusaha menerobos barikade polisi. Para saksi mengatakan polisi mengejar pemrotes, menendang dan memukuli mereka kemudian melemparkan mereka ke dalam truk.
Lebih dari 120 orang ditangkap dan banyak luka-luka dalam bentrokan itu, yang menimbulkan keprihatinan baru bahwa reformasi demokratis belakangan ini sedang mundur kembali di negara Asia Tenggara itu.
Dalam jumpa pers yang biasa di Washington, juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Jen Psaki mengutuk penggunaan kekuatan pasukan keamanan terhadap mahasiswa.
“Kami mendesak pemerintah Myanmar agar menghormati hak pemrotes untuk berkumpul dengan damai sebagai sarana mengutarakan pandangan mereka,”kata Psaki hari Selasa. ”Kebebasan berkumpul adalah komponen penting setiap masyarakat demokratis.”
Uni Eropa menyerukan penyelidikan resmi, dan menambahkan bahwa pihaknya sangat prihatin atas insiden itu.
Human Rights Watch juga mendesak Myanmar agar menghentikan penindakan terhadap protes mahasiswa dan “selidiki polisi yang bertanggung-jawab atas penggunaan kekerasan yang berlebihan terhadap pemrotes.”