Komisi urusan luar negeri Parlemen Turki, Kamis (16/11), mulai membahas upaya Swedia untuk bergabung dengan NATO, sehingga mendekatkan negara yang sebelumnya nonblok tersebut menjadi anggota aliansi militer Barat tersebut.
Setelah disetujui oleh komisi itu, protokol aksesi Swedia perlu diratifikasi oleh majelis umum Parlemen untuk tahap terakhir proses legislatif di Turki.
Turki telah menunda ratifikasi keanggotaan Swedia di NATO, dan menuduh negara tersebut terlalu lunak terhadap kelompok-kelompok yang dianggap Ankara sebagai ancaman terhadap keamanannya, termasuk militan Kurdi dan anggota jaringan yang dituduh Ankara bertanggung jawab atas kudeta yang gagal pada tahun 2016.
Turki juga dibuat marah oleh rangkaian demonstrasi yang dilakukan oleh para pendukung kelompok terlarang Partai Pekerja Kurdistan, atau PKK, di Swedia, dan aksi protes membakar Al-Qur’an yang mengguncang negara-negara Muslim.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mencabut keberatannya terhadap keinginan Swedia pada pertemuan puncak NATO Juli lalu dan mengirim protokol aksesi ke parlemen untuk diratifikasi bulan lalu.
Perubahan sikap Turki ini terjadi setelah Stockholm menjanjikan kerja sama yang lebih erat dengan Turki dalam bidang kontraterorisme dan mendukung ambisi Turki untuk menghidupkan kembali upayanya untuk menjadi anggota Uni Eropa. Selain itu, NATO sepakat untuk membentuk koordinator khusus kontraterorisme.
NATO memerlukan persetujuan bulat dari semua anggota yang ada untuk melakukan ekspansi. Turki dan Hongaria adalah dua negara yang menyatakan keberatan. Hongaria bahkan telah menghalangi permohonan Swedia, dengan tuduhan bahwa para politisi Swedia telah mengatakan “kebohongan terang-terangan” tentang kondisi demokrasi Hongaria.
Belum jelas kapan rancangan undang-undang tersebut akan disetujui oleh majelis penuh, yang mayoritasnya dikuasai oleh partainya Erdogan dan sekutu-sekutunya. Namun Ketua Parlemen Turki, Numan Kurtulmus, mengatakan kepada rekannya dari Swedia Andreas Norlen dalam konferensi video minggu ini bahwa ia berharap proses akan diselesaikan “sesegera mungkin,” kata Anadolu, kantor berita pemerintah Turki.
Swedia dan Finlandia meninggalkan posisi nonblok militer mereka untuk mencari perlindungan di bawah payung keamanan NATO, setelah invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu. Finlandia bergabung dengan aliansi tersebut pada bulan April, menjadi anggota NATO ke-31, setelah Parlemen Turki meratifikasi aplikasi keanggotaan negara Nordik tersebut.
Kesepakatan Turki mengenai keanggotaan Swedia juga dikaitkan dengan upaya Ankara untuk memperoleh pesawat tempur F-16 baru dari Amerika Serikat dan meningkatkan armada tempur yang ada. Namun, baik pejabat AS maupun Turki bersikeras bahwa kesepakatan semacam itu tidak akan terikat pada keanggotaan Swedia di NATO. [ab/ka]
Forum