Jajak pendapat dalam pemilihan umum di Belanda menunjukkan, Perdana Menteri Mark Rutte memenangkan kembali pemilu, mengalahkan saingannya, tokoh nasionalis anti-imigran dan anti-Islam, Geert Wilders dengan perbedaan angka yang lebih besar dari yang diharapkan.
Rutte dari Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi diperkirakan telah memenangkan 31 kursi, jauh di depan saingan lainnya, termasuk Wilders.
Pencalonan Wilders dipandang sebagai tes terbaru dari gelombang populisme untuk melanda seluruh Eropa, sampai ke Amerika. Setelah Inggris membuat kejutan di Eropa untuk meninggalkan Uni Eropa, nama Wilders menjadi terkenal dan dipandang sebagai peringatan lebih jauh bahwa kerjasama antara negara-negara Eropa bisa terancam.
Sejumlah partai diwakili di parlemen Belanda, jadi tidak peduli partai mana yang memenangkan kursi terbanyak, koalisi akan diperlukan untuk membentuk pemerintahan berikutnya. Negosiasi bisa memakan waktu berbulan-bulan, dan partai-partai terbesar semuanya mengisyaratkan tidak akan bekerjasama dengan Wilders.
Janji Wilders dalam kampanyenya, melarang imigran Muslim, akan menutup masjid, melarang penjualan al-Quran dan keinginan supaya Belanda keluar dari Uni Eropa.
Pemungutan suara di Belanda itu akan diikuti oleh dua pemilihan lain tahun ini di Eropa yang menampilkan tokoh-tokoh nasionalis sayap kanan yang menonjol. Perancis akan memilih presiden baru pada bulan April, sedangkan Jerman mengadakan pemilu bulan September. [ps/isa]