Dengan kekhawatiran menganai lambatnya pertumbuhan ekonomi China mulai memudar, perhatian pasar global kembali berfokus pada kebijakan moneter AS - terutama, kapan bank sentral AS akan menaikkan suku bunga. Federal Reserve, atau "The Fed," telah mempertahankan suku bunga jangka pendek dalam tingkat terendah sejak 2008 untuk mengurangi biaya pinjaman, mendorong belanja konsumen dan menopang pertumbuhan ekonomi.
Bank-bank sentral menggunakan suku bunga sebagai alat untuk memberi stimulus saat perekonomian lesu atau untuk meredam aktivitas ekonomi saat inflasi menanjak terlalu tajam. Terakhir kali "The Fed" menaikkan suku bunga adalah pada tahun 2006.
Beragam sinyal
Pejabat Federal Reserve mensinyalkan niatan mereka untuk menaikkan suku bunga tahun ini, dengan keyakinan perekonomian tidak akan lagi membutuhkan suku bunga sangat rendah pada paruh kedua 2015. Produk Domestik Bruto AS pada kuartal kedua sebesar 3,7 persen melampaui perkiraan sebelumnya dan tingkat pengangguran mencapai tingkat terendahnya dalam 7,5 tahun sebesar 5,1 persen.
Sebelum gejolak di bursa saham China baru-baru ini, sebagian besar pihak memperkirakan suku bunga akan dinaikkan di bulan September. Namun ketidakpastian akibat dampak melambatnya pertumbuhan ekonomi global telah menjadikan penaikan suku bunga oleh The Fed kembali menjadi tanda tanya.
Inflasi atau deflasi
Joseph Minarik, direktur riset di lembaga Committee for Economic Development yang non partisan, mengatakan penaikan suku bunga sebelum waktunya dapat meredam permintaan bagi pembelian bernilai besar. Dan dengan inflasi berada jauh di bawah target 2 persen yang ditetapkan The Fed, Minarik mengatakan pertumbuhan pendapatan yang tidak seberapa, dapat menekan inflasi semakin jauh, dan memicu siklus penurunan permintaan, pendapatan dan harga-harga yang rendah, mengakibatkan deflasi.
Tapi sebagian pengamat lainnya berpendapat menanti terlalu lama untuk menaikkan suku bunga dapat meningkatkan risiko memberi terlalu banyak stimulus bagi perekonomian, menyebabkan penurunan inflasi yang terlalu tajam.
Joe Brusuelas, ekonom senior dari lembaga konsultasi finansial McGladrey, mengatakan sudah waktunya Federal Reserve menaikkan suku bunga. Ia mengatakan penaikan suku bunga akan memberikan bank sentral opsi untuk memangkas suku bunga lagi saat perekonomian lesu kembali. "The Fed butuh, sebelum kuartal ini berakhir, untuk menempatkan tingkat Federal Funs di tingkatan atau di atas 200 basis poin (2 persen), sehingga saat resesi yang tidak dapat dihindari tiba, mereka punya lebih banyak pilihan," ujar Brusuelas. Ia mengatakan penaikan suku bunga, mungkin sebesar 0,25 persen di bulan September, akan dapat memberi sinyal bahwa perekonomian telah membaik secara cukup signifikan untuk memulai proses normalisasi kebijakan moneter AS.
Dampaknya bagi pasar negara berkembang
Namun menaikan tingkat suku bunga di AS di saat bank-bank sentral di negara-negara berkembang dan emerging market di Asia menurunkan suku bunga mereka dapat menjadikan perekomian global semakin tidak stabil. Christine Lagarde, kepala Dana Moneter Internasional (IMF) mendesak Federal Reserve untuk menunda rencana mereka menaikkan suku bunga hinga setidaknya awal 2016. IMF mencemaskan dolar AS yang kuat dibarengi dengan naiknya suku bunga dapat membuat investor mengalihkan dana mereka dari emerging market ke obligasi pemerintah AS dan aset-aset lainnya yang didominasi dolar. Juru bicara IMF mengatakan Federal Reserve harus mempertahankan patokan suku bunga pada tingkatan terendah hingga ada indikasi-indikasi baru mengenai inflasi harga dan pendapatan di AS.
Federal Reserve harus mengambil keputusan
Pakar-pakar ekonomi yang diwawancara VOA mengatakan naiknya suku bunga di bulan September atau Desember masih mungkin terjadi. Tapi pejabat bank sentral masih bungkam saat ini. Ini boleh jadi langkah yang aman, tapi pakar strategi pasar Maria Fiorini Ramirez mengatakan Federal Reserve harus segera bertindak. Mereka harus mengatakan "kita tidak akan melakukan apapun saat ini karene pertumbuhan yang lambat atau atas alasan lain, atau menaikkan suku bunga dan mengatakan itu cukup untuk saat ini."
Apapun yang akan menjadi keputusan yang diambil Federal Reserve, pakar finansial mengantisipasi ketidakstabilan di pasar akan meningkat menjelang atau bahkan setelah pertemuan tertutup Federal Reserve tanggal 17 September.