Kekhawatiran akan dampak keluar dari Uni Eropa, dan aksesnya ke pasar tunggal dengan 500 juta penduduk, tampak di seluruh kota London. Beberapa bank, termasuk bank besar global HSBC, mengatakan mungkin mengalihkan operasinya ke daratan Eropa.
David Slater pada badan promosi London and Partners mengatakan pemerintah baru di Inggris harus mempertahankan keunggulan London.
"Ini soal negosiasi dengan Uni Eropa. Walikota London sudah menegaskan, demikian pula perdana menteri, bahwa kita ingin merundingkan kelanjutan akses ke pasar tunggal," ungkapnya.
Tetapi para pemimpin lain Uni Eropa berkeras Inggris tidak bisa memiliki akses ke pasar tunggal tanpa kebebasan bergerak bagi
penduduknya. Kecemasan akan imigrasi merupakan inti masalah yang menyebabkan kampanye "Brexit" menang.
Kini, karena Inggris tampaknya sedang menyiapkan jalan keluar dari pasar tunggal, kota-kota lain mengincar posisi London sebagai kota terkemuka di Eropa.
Seperti Frankfurt di Jerman, Paris termasuk dalam jajaran kota terbaik yang hendak merebut posisi tersebut. Pemerintah Perancis baru-baru ini menyatakan siap menyambut perusahaan-perusahaan yang keluar dari Brexit, dan menjanjikan ekspatriat peraturan pajak yang paling menguntungkan di Eropa.
Arnaud de Bresson dari Europlace, perusahaan penyelenggara konferensi di Perancis, baru-baru ini mengadakan pertemuan investasi asing di Paris, pasca-Brexit. Ia mengatakan, "Dibanding 10 tahun lalu, situasi benar-benar telah berubah. Perusahaan-perusahaan Perancis mengoperasikan bagian utama kegiatan mereka di dunia global," katanya.
London saat ini menjadi pusat industri teknologi terkemuka Eropa di mana terdapat lebih dari 3.000 perusahaan pemula atau start-up, banyak diantaranya terletak di sekitar kawasan yang disebut "Silicon Roundabout" di distrik Old Street.
Lukas Kampfmann dari Factory Berlin, kawasan perusahaan start-up teknologi global, termasuk situs web musik SoundCloud, mengatakan Berlin juga mengincar posisi itu. Berlin adalah kota teknologi terbesar kedua di Eropa di mana harga real estat jauh lebih murah daripada di London.
Dalam artikel baru-baru ini, harian New York Times menobatkan Amsterdam sebagai kota terbaik untuk mencuri mahkota London, karena koneksi globalnya, penduduknya yang mampu berbahasa Inggris dan daya tariknya bagi ekspatriat.
Tetapi pendukung London berkeras kota itu akan tetap menjadi nomor satu.
"Karena orang-orang yang berbisnis dan memiliki keahlian ingin tetap tinggal di sini. Selain itu, pemerintah dan Walikota London akan melakukan apa pun supaya mereka tidak pindah," ujar David Slater dari London and Partners.
London menyumbang hampir seperempat pendapatan nasional Inggris. Keputusan 'Brexit' membuat kota itu anjlok dalam ketidakpastian, dan kota-kota saingannya di Eropa menyaksikan dengan penuh minat. [ka/ii]