Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah menyatakan masih terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap penyebab ledakan yang menewaskan 18 orang di pabrik pengolahan nikel milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Morowali, Sulawesi Tengah. Selama proses penyelidikan itu, operasi PT ITSS dihentikan untuk sementara waktu.
Kepala Bidang Humas (Kabid Humas) Polda Sulawesi Tengah, Kombes (Pol) Djoko Wienartono mengatakan polisi telah memeriksa setidaknya 14 orang saksi pekerja di kawasan IMIP. Penyelidikan di lapangan melibatkan tim DVI (Disaster Victim Identification), tim INAFIS (Indonesia Automatic Fingerprint Identification System) yang didukung oleh Puslabfor (Pusat Laboratorium Forensik) dari Makassar.
“Kemudian dari tim JIBOM (Penjinak BOM) mendeteksi apakah ada bahan peledak ataupun bahan-bahan yang mudah meledak, kemudian terkait KBR (Kimia, Biologi, Radioaktif) Brimob mendeteksi apakah ada kimia berbahaya di dalam kebakaran tersebut, kita menunggu hasilnya sampai saat ini namun saya sampaikan untuk bahan peledak maupun kimia berbahaya tidak terdapat di TKP (Tempat Kejadian Perkara-Red), namun demikian olah TKP sampai saat ini masih berlangsung,” kata Kombes Pol. Djoko Wienartono, pada Selasa (26/12) petang di Markas Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah di Palu.
Polda Sulteng juga telah menambah jumlah penyidik yang dikirim ke Polres Morowali untuk penyidikan penyebab kebakaran. Seluruh aktivitas di ITSS telah dihentikan sementara waktu hingga usainya penyelidikan polisi.
“Sampai dengan saat ini masih di police line untuk penyelidikan lebih lanjut, sampai saat ini belum ada kegiatan, sampai selesai kegiatan oleh TKP dan dapat kesimpulan dari pihak kepolisian,” tegas Djoko.
Ia menambahkan 24 orang yang menderita luka parah masih dirawat di RSUD Morowali, sebagian di antaranya adalah tenaga kerja asing asal China. Selain itu terdapat 12 orang dengan luka sedang dirawat di klinik IMIP, dan lima lainnya dengan luka ringan mendapatkan rawat jalan dan bisa pulang ke rumah.
Pemantauan Trend Asia
Juru Kampanye kelompok sipil Trend Asia, Arko Tarigan, mengatakan kecelakaan kerja yang menewaskan pekerja di kawasan IMIP juga terjadi di tempat smelter nikel lainnya.
Pemantauan Trend Asia dari tahun 2015 hingga 2022 menunjukkan terdapat 53 pekerja smelter yang meninggal dalam berbagai insiden, terdiri atas 40 pekerja Indonesia dan 13 pekerja asal China. Sedangkan dari pemantauan terbaru hingga September 2023, ada 19 kecelakaan kerja di smelter di mana 16 orang tewas dan 37 lainnya luka-luka.
“Kita harus melihat sendiri tentang bagaimana sebenarnya hilirisasi atau transisi energi yang mendapatkan karpet merah tetapi di hulunya sendiri sudah berdarah-darah. Jadi bisa kita lihat bahwa EV (Mobil Elektrik-red) yang ada di jalan sekarang, EV yang sedang kita lihat di jalan-jalan, komponen baterainya itu ada darah orang-orang seperti sekarang yang terjadi di Morowali sebenarnya,” papar Arko Tarigan dalam konferensi pers di kanal YouTube PBHI Nasional, pada Minggu (24/12).
Secara terpisah, Sekretaris Umum Serikat Pekerja Nasional, Ramidi, menilai hingga saat ini belum ada penyelesaian persoalan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di sektor pertambangan yang berjalan baik. Jauh sebelum peristiwa ledakan tungku smelter di PT ITSS, sesungguhnya juga sudah terjadi kasus serupa di kawasan IMIP maupun di Pabrik Smelter Nikel Gunbuster Nickel Industry di Morowali Utara.
“Baik di IMIP maupun di Gunbuster Nickel Industry itu kan persoalan ledakan tungku-tungku smelter itukan masih sering terjadi tetapi ini kok tidak ada perubahan bahkan kalau di IMIP sendiri ketika sudah ada ledakan di tungku 2 tapi kondisi di tungku berikutnya pun sebelum ada perbaikan yang menyeluruh tetap masih dipaksakan dipakai,” kata Ramidi, Minggu (24/12).
Menurut Ramidi, pihak-pihak yang bertanggung jawab atas kecelakaan kerja di PT ITSS harus diberikan sanksi tegas, bila terus dibiarkan dikhawatirkan kejadian serupa dapat berulang di masa mendatang. [ys/em]
Forum