Serangan bom menyasar iring-iringan korps diplomatik yang akan mengikuti Islamabad Chamber of Commerce and Industry (ICCI) di Lembah Swat, Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan, pada hari Minggu. Dalam iringan korps diplomatik itu turut serta Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Islamabad Rahmat Hindiarta.
Juga beberapa diplomat Rusia, Bosnia-Herzegovina, Vietnam, Etiopia, Rwanda, Zimbabwe, Uzbekistan, Turkmenistan, Kazakhstan, dan Portugal.
Juru bicara Kemlu RI Rolliansyah Sumirat dalam pernyataan tertulis hari Senin (23/9) memastikan “Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Islamabad Rahmat Hidiarta dan juga seluruh rombongan korps diplomatik dalam keadaan aman dan telah kembali ke Islamabad dengan selamat.”
Hingga laporan ini disampaikan, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas insiden yang menewaskan seorang polisi dan melukai tiga polisi lainnya. Seluruh korban ini sempat dilarikan ke rumah sakit, tetapi satu orang tak tertolong lagi.
Media Pakistan, Dawn, Senin (23/9) melaporkan ledakan bom tandan itu terjadi antara Malam Jabba dan Swat, merusak salah satu mobil aparat keamanan yang mengawal rombongan diplomatik itu. Pemerintah Pakistan menilai ledakan bom tandan itu sebagai serangan teror.
KBRI Islamabad telah berkoordinasi dengan aparat pemerintah Pakistan guna memastikan keamanan seluruh warga negara Indonesia (WNI) di negara itu, yang secara keseluruhan berjumlah 1.200 orang. Mayoritas WNI adalah pelajar dan mereka yang menikah dengan warga negara Pakistan.
Pengamat: Kelompok Teroris di Khyber Pathunkwa Berafiliasi dengan ISIS
Pengamat terorisme di Universitas Sultan Malikussaleh, Aceh, Al Chaidar mengatakan kelompok teroris yang melakukan serangan di wilayah Khyber Pathunkwa itu berafiliasi dengan ISIS Khorasan atau ISIS yang menguasai wilayah Afghanistan dan Pakistan.
“Kelompok ISIS Khorasan ini adalah kelompok yang juga dikenal sebagai ISK (Islamic State of Khorasan) adalah cabang regional dari kelompok Salafi jihadis atau Salafi Takfiri yang aktif di Asia Tengah, Asia Selatan terutama di Afghanistan dan Pakistan. Wilayah kekuasaan mereka mencakup bagian dari wilayah bersejarah khorasan, dengan tujuan untuk menggulingkan pemerintahan yang ada dan mendirikan sebuah khilafah yang diatur menurut syariat Islam yang ketat dan mereka merencanakan untuk diperluas melampaui serangan tersebut,” ujarnya.
Ditambahkannya, mereka dikenal kerap menyerang aparat pemerintah, diplomat dan penganut Syiah yang umumnya berasal dari suku Hazara. Mereka juga suka menyerang TPS ketika hari pemilihan umum.
“ISK ini bertanggung jawab atas rangkaian serangan terhadap warga sipil di Afghanistan dan Pakistan terutama terhadap umat Islam Syiah, politisi dan pegawai pemerintahan dan orang-orang yang ikut dalam pesta demokrasi,” tambahnya.
Lebih jauh pakar terorisme dan antropologi politik ini mengatakan ada pesan yang ingin disampaikan oleh kelompok itu pada penyerangan yang dilakukan terhadap negara yang diplomatnya berada dalam iring-iringan korps diplomatik itu. Yaitu bahwa nyawa mereka di ujung tanduk dan keberadaan mereka tinggal sesaat seiring lenyapnya demokrasi di negara mereka. [fw/em]
Forum