Kasus orang yang terjangkit virus corona (PDP) kembali bertambah sebanyak 65 orang, Senin (23/3). Untuk itu pemerintah kembali mengingatkan masyarakat untuk melakukan berbagai tindakan pencegahan agar peningkatan kasus ini bisa ditekan. Termasuk diantaranya dengan social distancing.
Juru bicara penangan kasus virus corona Dr. Achmad Yurianto, Senin (23/3) kembali melaporkan penambahan kasus positif virus corona sebanyak 65 orang. Sehingga total keseluruhan pasien positif virus corona di seluruh Indonesia mencapai 579 orang.
“Mulai tanggal 22 Maret pukul 12.00 WIB sampai dengan tangal 23 Maret pukul 12.00 WIB ada penambahan kasus baru sebanyak 65 orang yang terdistribusi di berbagai Provinsi. Sehingga total kasus pada hari ini menjadi 579 orang,” ujar Yuri dalam telekonferensi di Gedung BNPB, Jakarta.
Lanjutnya, satu orang telah dinyatakan sembuh dari virus ini sehingga total pasien yang sembuh sampai dengan hari ini 30 orang.
Meski begitu, masih ada laporan korban jiwa akibat virus COVID-19 yaitu satu orang sehingga total pasien yang meninggal sejauh ini adalah 49 orang.
Penambahan kasus terbanyak masih terdapat di DKI Jakarta, dengan adanya 44 kasus baru. Total kasus di ibu kota kini mencapai 353 kasus.
Penambahan kasus baru juga terjadi di wilayah Banten dengan sembilan pasien positif virus corona, sehingga total kasus menjadi 56.
Penambahan kasus baru juga terjadi di Bali, yaitu tiga kasus, sehingga total kasus di Pulau Dewata ini menjadi enam kasus.
Melihat penambahan kasus ini, Yuri kembali mengingatkan pentingnya menjaga jarak atau social distancing. Virus baru ini, kata Yuri, bisa dengan mudah tertular apabila satu orang dengan orang yang lainnya tidak saling menjaga jarak pada masa pandemi global ini. Yuri menegaskan bahwa untuk sementara waktu diam di rumah merupakan langkah yang terbaik.
“Oleh karena itu mengatur jarak secara fisik dalam konteks berkomunikasi dengan orang lain menjadi penting. Inilah sebabnya pemerintah secara terus menerus, terus mengingatkan kepada masyarakat dan kami juga berharap bahwa masyarakat bisa mengingatkan pada komunitasnya untuk menjauhi atau mencegah terjadinya kerumunan orang, kemudian berkumpul dalam satu tempat yang sempit dan orang yang demikian banyak ini akan memberikan resiko yang sangat tinggi terkait dengan penyebaran dan penularan penyakit ini,” papar Yuri.
Tetap Karantina Diri Meski Hasil Rapid Test Pertama Negatif
Selain mengingat masyarakat untuk melakukan social distancing, pemerintah juga telah melakukan pemeriksaan cepat atau rapid test secara massal, yang ditujukan untuk mencari kasus positif di tengah-tengah masyarakat. Sejauh ini sudah ada 125 ribu test kit yang sudah disebarkan ke seluruh penjuru tanah air.
Lagi-lagi Yuri mengingatkan bahwa hasil tes cepat pertama yang negatif, harus tetap diwaspadai hingga dilakukan pemeriksaan cepat kedua.
“Perlu dipahami bersama, hasil negatif tidak memberikan jaminan bahwa yang bersangkutan tidak sedang sakit, karena kita ketathui pemeriksaan rapid test ini adalah berbasis pada serologi, untuk mengukur kadar antibodi dari muncul virus. Sudah barang tentu bahwa tidak semua infeksi virus pada hari yang sama muncul antibodi, dibutuhkan beberapa hari sejak infeksi itu terjadi agar antibodi itu muncul, dan bisa terdeteksi, oleh karena itu pada saat pemeriksaan memberikan hasil negatif, bisa saja sebenarnya antibodi belum terbentuk karena infeksinya baru berlangsung kurang dari tujuh hari,” paparnya.
Yuri juga mengatakan bahwa pemerintah sudah mendistribusikan alat pelindung diri (APD), alat screening test, masker dan obat-obatan ke seluruh provinsi. Dengan kelengkapan alat kesehatan tersebut, harapannya para tenaga medis bisa dengan maksimal melakukan perawatan kepada pasien positif COVID-19 tersebut. [gi/em]