Di tengah jadwal pentas yang padat, penyanyi Amerika Serikat Patti Austin Sabtu malam (28/10/17) membawakan music indah untuk para penggemarnya di Yogyakartapada pergelaran Economics Jazz Live ke-23 di Graha Sabha Pramana kampus Universitas Gajah Mada.
Patti Austin, peraih piala Grammy 2008 tampil dengan lagu-lagu yang enak didengar seperti ia sampaikan kepada media di Yogyakarta bahwa music bagus selalu diterima siapapun dan bernyanyi dimanapun baginya tidak ada bedanya.
Patti menyanyikan sederet lagu lama yang enak didengar, dimulai dengan Red Sweet Pea yang berirama pop, Baby Come To Me yang biasa ia bawakan bersama James Ingram, Lean On Me, You Gotta Be dan beberapa lagu lain termasuk Smoke Gets In Your Eyes.
“Musik yang indah selalu diterima apapun genre-nya, selalu ada elemen yang diterima telinga dan hati sehingga tergantung bagaimana kita menyampaikannya. Juga, tidak ada bedanya menyanyi di Yogyakarta, Berlin atau di LA,” kata Patti tentang musik atau lagu yang selalu ia bawakan.
“Saya merasa beruntung karena bernyanyi dalam beberapa genre yang berbeda yang membuat saya masih terus laku berkarya,” tambahnya.
Tampil bersama Patti Austin adalah pianis David Benoit bersama band yang terdiri dari Adam Hawley (gitar), Michael Paulo (Saxophone), Land Richards (drum), Andrew Weiner (keyboards) dan David Inamine (bass).
Lagu-lagu lama dan indah juga ditampilkan oleh band pembuka “Collaboration Band” terdiri Idang Rasjidi (keyboards), Iwan Wiradz (perkusi), Yance Manusama (bass), Mus Mujiono (gitar-vokal), Richard Hutapea (saxophone) dan Mahesa Santoso (drum).
Selain memainkan sejumlah lagu tanpa lyric, mereka mengiringi penyanyi jazz senior Margie Segers menyanyikan lagu yang pernah ia populerkan, "Kesepian" dan "Semua Bisa Bilang", dan lagu On Broadway yang ia nyanyikan bersama Mus Mujiono.
Sedangkan Mus Mujiono menyanyikan dua lagu yang pernah ia populerkan juga, "Tanda Tandanya" dan "Arti Kehidupan".
Para penonton muda usia umumnya tidak mengenal Patti Austin maupun Margie Segers. Promotor Economics Jazz Live Tony Prasetyantono mengaku para penyanyi dan musisi senior yang tampil adalah impian dia sewaktu muda.
“Saya harus mengkombinasikan antara keinginan menampilkan jazz yang murni tetapi tetap memperhatikan industri. Saya coba mengatasinya dengan ada Isyana Saraswati supaya tidak menjadikan ini acaranya orang-orang tua. Kalau saya boleh jujur ini kan mimpi-mimpi saya di waktu muda. Makanya penyanyi yang diundang tua-tua terus, tahun lalu Peabo Bryson, tahun depan Fourplay atau Earl Klugh,” jelas Tony yang juga dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.
Anne, penonton yang datang dari Malang mengaku harus menjelaskan kepada anak-anaknya yang dibawa serta tentang para penyanyi tua yang tampil.
“Saya kebetulan bersama anak-anak saya, mereka awalnya enggak tahu karena tidak popular pada generasi mereka. Kalau saya sangat suka David Benoit, tapi akhirnya anak-anak suka juga dengan penampilan Patti dan David Benoit,” kata Anne.
Musisi Idang Rasjidi yang tampil bersama band pembuka mengaku sebagai penggemar berat Patti Austin.
“Patti Austin ini adalah salah satu dari tidak lebih lima penyanyi jazz favorit saya. Musik jazz itu merupakan barometer of a freedom. Freedom di jazz ini diwakili, musisi jazz itu represent dirinya sendiri.
Akan tetapi sejumlah penonton menyayangkan Patti Austin tampil di panggung ketika sudah hampir tengah malam. Pergelaran Economics Jazz Live ke-23 Sabtu malam selesai lewat tengah malam. [ms/al]