Hampir 1.500 tahun lalu, sebuah patung monumental Dewa Krishna dalam agama Hindu diukirkan pada gunung suci Phnom Da di Kamboja selatan. Baru-baru ini, patung itu dibawa ke Prancis, Belgia dan Spanyol, sebelum akhirnya tiba di Amerika Serikat.
Kini, patung agung berjudul “Krishna Mengangkat Gunung Govardhan” itu tengah ditampilkan dalam sebuah pameran di Museum Nasional Seni Asia di Smithsonian, Washington, DC.
“Kami sebenarnya tahu lokasi asli patung ini. Ia berada di dalam kuil gua sekitar setengah jalan ke atas gunung. Patung ini sengaja dipajang di lokasi tersebut. Pameran ini mencoba membawa lansekap asli dan seluruh budaya keagamaan dan sosiologi yang menciptakan mahakarya ini ke dalam ruang museum kami," kata Emma Stein, asisten kurator Smithsonian.
Pameran berjudul “Mengungkap Krishna: Perjalanan ke Gunung Suci Kamboja” itu berfokus pada sang patung Krishna, yang dipugar oleh staf Museum Seni Cleveland yang bekerja sama dengan Museum Nasional Kamboja.
Sebelum abad ke-13, Kamboja, yang kini merupakan negara berpenduduk mayoritas Budha, sempat menjadi kerajaan Hindu dengan berbagai bangunan dan patung Hindu. Patung “Krishna Mengangkat Gunung Govardhan” sendiri mengilustrasikan Krishna kecil, yang berusia delapan tahun, mengangkat sebuah gunung dengan hanya satu jari untuk melindungi warga desa dan ternak mereka dari terjangan badai yang dikirim dewa hujan, Indra, yang tengah marah.
“Gambaran Krishna yang mengangkat gunung ini berada di dataran banjir di Delta Sungai Mekong – sebuah kawasan pertanian yang bergantung pada musim hujan. Gambaran banjir dan badai ini pasti sangat kuat, sehingga dengan mengukir patung Krishna dalam posisi berdiri di dalam gua seolah ia benar-benar mengangkat gunung akan menjadi lambang perlindungan yang sangat kuat dan menggema," kata Emma.
Mayoritas komunitas Kamboja di seluruh dunia saat ini memeluk Budha dan sebagian besar mahakarya Hindu kuno seperti “Krishna” dan kompleks kuil Angkor Wat sudah diadaptasi ke dalam praktik agama Budha.
Pameran tiga dimensi itu juga menampilkan karya dokumenter berdurasi 30 menit mengenai agama Buddha dan bagaimana situs-situs keagamaan kuno berperan penting dalam perjalanan keyakinan empat penyintas asal Kamboja yang melarikan diri dari rezim komunis Khmer Merah yang membunuh lebih dari 1,7 juta orang di akhir tahun 1970-an.
“Saya berhasil membuat film dokumenter pendek berjudul ‘Satook,’ karena ketika Anda pergi ke kuil, saat Anda berdoa, Anda selalu merapal ‘Satook, Satook, Satook’ tiga kali," kata praCh Ly, sineas dokumenter itu.
Long Ung, penulis terkemuka yang menulis buku “First They Killed My Father,” adalah satu dari keempat penyintas yang dikisahkan dalam film ‘Satook.’ Ia membantu menceritakan linimasa visual pameran itu bersama aktris Hollywood Angelina Jolie. Ia mengatakan, pameran itu merupakan kehormatan besar bagi Kamboja.
“Saya sangat senang melihat orang-orang berjalan-jalan melihat pameran ini dan menikmati kesenian, budaya, musik dan pemandangan Khmer, karena kami sebagai orang Khmer tahu betapa indahnya Kamboja," katanya.
Pameran “Mengungkap Krishna: Perjalanan ke Gunung Suci Kamboja” dapat dinikmati pengunjung secara gratis hingga 18 September 2022. [rd/lt]