Ibukota Mozambik, Maputo, yang terletak di pesisir menjadi ramai menjelang lawatan bersejarah Paus Fransiskus. Katedral yang putih dan menjulang tinggi di ibukota itu sibuk mempersiapkan diri untuk kunjungan Paus Fransiskus ini, yang pertama sejak Paus Johanes Paulus II melakukan lawatan serupa pada 1988. Tetapi ketika itu Mozambik sedang berada ditengah-tengah kecamuk perang saudara yang kejam.
Pemimpin-pemimpin Mozambik menandatangani persetujuan perdamaian tahun ini, dan pastor Giorgio Ferretti mengatakan, lawatan Paus kali ini bersejarah.
"Lawatan Paus Fransiskus berlangsung setelah persetujuan perdamaian. Jadi ini merupakan berkat untuk seluruh kurun perundingan antara pemerintah dan pihak oposisi. Tetapi juga pesan-pesannya tentang perubahan iklim, lingkungan, kelompok miskin, dan hidup bersama, ini merupakan pesan-pesan yang bagus untuk negara kami,” jelasnya.
Dan juga tidak terbatas pada itu saja. Peziarah Katolik Sibongile Leneke, usia 63 tahun, melakukan perjalanan tujuh jam dari Afrika Selatan untuk hadir ketika Paus berada di Mozambik.
"Saya berharap dia akan berpesan agar perdamaian langgeng di kalangan rakyat Afrika Selatan, dan dia menyebarkan pesan cinta kepada umat Kristiani,” kata Leneke.
Sekitar seperempat warga Mozambik memeluk agama Katolik. Namun mereka yang beragama lain mengatakan juga akan memberi perhatian pada kunjungan Paus ini.
Pada hari Kamis (4/9), hari pertama Paus berada di Mozambik, dia akan bertemu dengan anggota parlemen, remaja, dan para imam.
Ini merupakan kunjungan Paus yang ke dua ke sub-Sahara Afrika. Dia pertama kali ke Afrika pada 2015, ke Kenya, Uganda, dan Republik Afrika Tengah. Dalam tur kali ini, dia juga akan berkunjung ke negara pulau Madagaskar dan Mauritius. [jm/em]