Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA), Kamis (27/4) melansir data korban warga sipil secara keseluruhan, menyatakan sangat prihatin mengenai peningkatan korban tewas di kalangan perempuan sipil dan anak-anak.
Laporan itu mendokumentasikan 715 kematian warga sipil sejak awal tahun ini, yang mencakup 88 perempuan dan 210 anak-anak. Konflik di negara itu mencederai atau membuat cacat 1.466 warga sipil, termasuk di antaranya 185 perempuan dan 525 anak-anak.
Mengingat musim pertempuran sudah menjelang, ketua UNAMA Tadamichi Yamamoto mengimbau semua pihak agar mengambil langkah-langkah yang mungkin diambil untuk mencegah kerusakan yang tidak perlu dan tidak dapat diterima sama sekali pada warga sipil Afghanistan.
UNAMA menyatakan dari seluruh korban warga sipil pada kuartal pertama, 34 persennya adalah anak-anak.
“Ini mewakili nyawa 735 anak perempuan, lelaki dan bayi, 735 kisah kematian, hamil, sakit fisik, trauma emosional dan duka cita,” ujar Danielle Bell, Direktur HAM UNAMA.
Ia juga meminta pihak-pihak yang berperang di Afghanistan untuk memastikan terlindunginya anak-anak pada tahun 2017, seraya menyatakan meningkatnya jumlah korban anak-anak mencerminkan kegagalan mereka mengambil langkah-langkah pencegahan untuk melindungi warga sipil.
UNAMA menuding pertempuran di darat sebagai penyebab utama jatuhnya korban warga sipil, penyebab 35 persen tewasnya warga sipil, disusul oleh bom-bom rakitan serta serangan bunuh diri dan serangan-serangan lainnya. [uh/ab]