Badan Urusan Pengungsi PBB (UNHCR), Selasa (13/8), mendesak pemerintah negara-negara Uni Eropa untuk membiarkan dua kapal penyelamat migran mendaratkan lebih dari 500 penumpangnya di pelabuhan mereka, sementara mereka masih bertikai mengenai siapa yang semestinya mengambil tanggung jawab menampung para migran itu.
Para migran asal Afrika Utara itu diselamatkan saat berusaha menyeberangi Laut Tengah oleh kapal-kapal yang disewa kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan. Pemerintah Italia melarang kapal-kapal itu memasuki wilayahnya, padahal salah satu pulaunya, Lampedusa, merupakan daratan yang terdekat. Tindakan serupa diambil oleh Malta.
Salah satu kapal yang diimbau UNHCR untuk dibiarkan berlabuh itu adalah "Open Arms", kapal berbendera Spanyol yang menyelamatkan sekitar 150 migran di Laut Tengah 13 hari lalu.
“Kita berpacu melawan waktu,” kata Vincent Cochetel, utusan khusus UNHCR untuk kawasan Laut Tengah, melalui sebuah pernyataan. “Badai akan datang, dan kondisi semakin memburuk.”
Sementara jumlah migran yang berusaha mencapai Eropa dengan menyeberangi laut menurun secara signifikan tahun ini, UNHCR mengatakan, hampir 600 orang tewas atau dinyatakan hilang di perairan antara Libya, Italia dan Malta pada 2019. [ab/uh]