Tautan-tautan Akses

PBB: Korban Sipil Konflik di Afghanistan Turun 30 Persen


Pasukan Keamanan Afghanistan memeriksa lokasi ledakan bom di Kabul, 27 April 2020. (Foto: dok).
Pasukan Keamanan Afghanistan memeriksa lokasi ledakan bom di Kabul, 27 April 2020. (Foto: dok).

PBB menyatakan konflik di Afghanistan telah menewaskan dan mencederai hampir 6.000 warga sipil dalam sembilan bulan pertama tahun 2020, mewakili penurunan 30 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Laporan yang dikumpulkan oleh Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) ini muncul sementara perundingan perdamaian langsung antara pihak-pihak yang berperang di Afghanistan sedang berlangsung di Qatar sejak 12 September, meskipun tanpa ada kemajuan.

Hanya beberapa jam setelah badan dunia itu merilis temuan-temuannya pada hari Selasa, sebuah bom meledak di Kabul, ibu kota Afghanistan, menewaskan sedikitnya tiga warga sipil dan mencederai 10 lainnya.

UNAMA telah mendokumentasikan 2.117 kematian warga sipil dan 3.822 orang cedera dari 1 Januari hingga 30 September, seraya menyatakan negara yang dicabik-cabik perang itu masih termasuk di antara tempat-tempat paling berbahaya di dunia bagi seorang warga sipil.

Korban anak-anak dalam periode tersebut merupakan 31 persen dari total korban warga sipil, sedangkan korban perempuan 13 persen.

“Meskipun jumlah korban sipil yang didokumentasikan ini adalah yang paling rendah dalam sembilan bulan pertama dalam tahun berapa pun sejak 2012, kerusakan yang dilakukan terhadap warga sipil masih banyak sekali dan mengejutkan,” sebut laporan itu.

UNAMA mencatat bulan yang akan segera berlalu ini tidak masuk laporan, tetapi serangan-serangan di medan tempur yang meningkat, sebuah serangan bom bunuh diri dan satu serangan pemerintah Afghanistan secara bersama-sama telah menewaskan dan mencederai lebih dari 400 warga sipil sejak 1 Oktober.

Laporan itu mengeluh karena proses perdamaian Afghanistan yang masih berlangsung telah gagal memperlambat jatuhnya korban warga sipil. “Pembicaraan perdamaian akan memerlukan waktu untuk membantu mewujudkan perdamaian. Tetapi semua pihak dapat dengan segera memprioritaskan diskusi dan mengambil langkah-langkah tambahan yang mendesak dan terus terang terlambat, untuk menyingkirkan kerugian terhadap warga sipil,” kata Deborah Lyons, pemimpin UNAMA di Kabul.

Menurut laporan PBB, pemberontakan Taliban dan pasukan antipemerintah lainnya menyebabkan 58 persen korban warga sipil.

Taliban bertanggung jawab atas 45 persen dari seluruh korban. Namun, sebut UNAMA, jumlah warga sipil akibat serangan Taliban turun 32 persen.

Juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid menolak temuan-temuan PBB yang disebut sebagai propaganda, dengan mengatakan temuan itu dilandaskan pada laporan tak berdasar yang dibagi oleh lembaga-lembaga keamanan dan intelijen dengan badan dunia itu. [uh/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG