Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Geir O. Pedersen, pada Rabu (23/8), menyampaikan peringatan keras atas situasi di Suriah yang kian memburuk, dengan mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa konflik kekerasan berkepanjangan yang berkelindan dengan terhambatnya proses politik membuat masa depan negara itu kian suram.
Indikator terbaru dari penderitaan yang dialami oleh Suriah adalah kondisi perekonomian yang semakin terpuruk, tegasnya.
"Harga barang-barang kebutuhan pokok seperti makanan, obat-obatan, bahan bakar, dan kebutuhan dasar, kini melambung tinggi di luar kendali. Setiap bagian dari Suriah, setiap komunitas, terkena dampaknya. Banyak orang yang berjuang untuk menyediakan makanan dan memberi makan keluarga mereka,” ujar Pedersen.
Beberapa langkah telah diambil untuk menanggapi kemerosotan yang tiba-tiba ini, termasuk menggandakan gaji pokok minimum negara menjadi sekitar US$13 atau kurang dari 200 ribu rupiah per bulan.
Pedersen menyoroti data Program Pangan Dunia (WFP) bahwa harga sekeranjang makanan bulanan pada bulan Juni lalu mencapai setidaknya US$81 atau 1,2 juta rupiah – melesat 70 persen dalam satu tahun.
Pedersen menyambut baik kesepahaman mengenai kelanjutan penggunaan jalur penyeberangan perbatasan Bab al-Hawa selama enam bulan ke depan untuk memberikan bantuan kemanusiaan yang dapat menyelamatkan jiwa kepada jutaan orang yang membutuhkan di wilayah barat laut Suriah.
Dia juga menyambut baik perpanjangan otorisasi bagi PBB untuk menggunakan penyeberangan perbatasan Bab al-Salam dan Al-Ra'ee untuk tiga bulan lagi, serta persetujuan untuk melintasi perbatasan di dalam Suriah di Sarmada dan Saraqib untuk pengiriman bantuan selama enam bulan ke depan. [em/jm]
Forum