JENEWA —
Penyidik khusus PBB Ahmed Shaheed mengatakan ia telah menerima banyak tuduhan perlakuan kejam di Iran. Ia mengatakan prihatin dengan tingginya tingkat eksekusi atas pelanggaran, kebanyakan pelanggaran narkoba yang tidak memenuhi standar internasional sebagai "kejahatan paling serius."
Shaheed mengatakan kira-kira 500 eksekusi terjadi di Iran tahun lalu, termasuk kira-kira200 eksekusi rahasia yang diakui oleh anggota keluarga, petugas penjara atau anggota majelis hakim.
“Laporan terbaru kami juga menyajikan apa yang tampaknya menjadi bukti forensik yang tidak terbantahkan bahwa penyiksaan telah terjadi di Iran secara luas dan sistemik, dan metode yang dipakai terhadap korban sangat sistematis, karena metode yang sama muncul dalam berbagai kesaksian yang disampaikan oleh berbagai individu dari kota-kota di seluruh negeri,” Kata Shaheed.
Shaheed mengatakan pemerintah Iran terus menekan kelompok agama minoritas. Ia mengatakan 110 penganut Baha'i kini ditahan karena menjalankan ibadah mereka dan sedikitnya 13 penganut Kristen juga ditahan.
Delegasi Iran dalam Dewan HAM, Ali Ardashir Larijani, mengecam laporan temuan Shaheed. Larijani menyebut laporan itu sebagai kumpulan tuduhan yang tidak berdasar.
“Laporan ini, merupakan produk dari upaya tidak sehat, tidak obyektif dan kontra-produktif yang diprakarsai oleh Amerika dan sekutu-sekutu Eropanya. Karenanya, kami tidak pernah berharap akan menerima laporan yang seimbang dan tidak memihak dari negara-negara yang memiliki kebijakan bermusuhan ini,” kata Ardashir Larijani.
Pemerintah Iran telah menolak kunjungan Shaheed ke negara itu.
Namun, Shaheed mengakui Iran telah mencapai beberapa kemajuan signifikan dalam bidang hak-hak perempuan. Termasuk kemajuan dalam bidang kesehatan, keaksaraan dan jumlah siswa dalam tingkat sekolah dasar dan menengah.
Walaupun demikian, Shaheed mengatakan kebijakan yang ada melarang perempuan belajar dalam sejumlah bidang studi. Perempuan, katanya, umumnya dibatasi dalam hal kebebasan bergerak dan dilarang memegang posisi tertentu dalam pengambilan keputusan di pemerintahan.
Shaheed adalah mantan menteri luar negeri Maladewa yang ditunjuk sebagai penyidik PBB untuk Iran tahun 2011.
Shaheed mengatakan kira-kira 500 eksekusi terjadi di Iran tahun lalu, termasuk kira-kira200 eksekusi rahasia yang diakui oleh anggota keluarga, petugas penjara atau anggota majelis hakim.
“Laporan terbaru kami juga menyajikan apa yang tampaknya menjadi bukti forensik yang tidak terbantahkan bahwa penyiksaan telah terjadi di Iran secara luas dan sistemik, dan metode yang dipakai terhadap korban sangat sistematis, karena metode yang sama muncul dalam berbagai kesaksian yang disampaikan oleh berbagai individu dari kota-kota di seluruh negeri,” Kata Shaheed.
Shaheed mengatakan pemerintah Iran terus menekan kelompok agama minoritas. Ia mengatakan 110 penganut Baha'i kini ditahan karena menjalankan ibadah mereka dan sedikitnya 13 penganut Kristen juga ditahan.
Delegasi Iran dalam Dewan HAM, Ali Ardashir Larijani, mengecam laporan temuan Shaheed. Larijani menyebut laporan itu sebagai kumpulan tuduhan yang tidak berdasar.
“Laporan ini, merupakan produk dari upaya tidak sehat, tidak obyektif dan kontra-produktif yang diprakarsai oleh Amerika dan sekutu-sekutu Eropanya. Karenanya, kami tidak pernah berharap akan menerima laporan yang seimbang dan tidak memihak dari negara-negara yang memiliki kebijakan bermusuhan ini,” kata Ardashir Larijani.
Pemerintah Iran telah menolak kunjungan Shaheed ke negara itu.
Namun, Shaheed mengakui Iran telah mencapai beberapa kemajuan signifikan dalam bidang hak-hak perempuan. Termasuk kemajuan dalam bidang kesehatan, keaksaraan dan jumlah siswa dalam tingkat sekolah dasar dan menengah.
Walaupun demikian, Shaheed mengatakan kebijakan yang ada melarang perempuan belajar dalam sejumlah bidang studi. Perempuan, katanya, umumnya dibatasi dalam hal kebebasan bergerak dan dilarang memegang posisi tertentu dalam pengambilan keputusan di pemerintahan.
Shaheed adalah mantan menteri luar negeri Maladewa yang ditunjuk sebagai penyidik PBB untuk Iran tahun 2011.