Seorang pemantau HAM PBB menyatakan “pembersihan etnis” sedang berlangsung di beberapa bagian Sudan Selatan. Ia memperingatkan bahwa negara itu di ambang genosida.
Yasmin Sooka memimpin tim Dewan HAM PBB yang baru menyelesaikan kunjungan 10 hari ke Sudan Selatan. Dalam suatu pernyataan hari Kamis (1/12), Sooka mengatakan orang-orang disingkirkan dari kediaman mereka melalui proses pemerkosaan massal, kelaparan, dan pembakaran desa-desa.
“Di tempat-tempat yang kami kunjungi di berbagai penjuru negara ini, kami mendengar warga desa yang mengatakan mereka siap menumpahkan darah untuk mendapatkan kembali lahan mereka. Banyak yang mengatakan kepada kami bahwa ini sudah terlalu lambat untuk dihentikan,” lanjut Sooka.
Berbagai organisasi HAM dan badan-badan bantuan telah berulangkali menyatakan kekhawatiran mengenai Sudan Selatan, di mana konflik bersenjata antaretnis telah menewaskan puluhan ribu orang dan menyebabkan lebih dari 2,5 juta orang mengungsi. Ratusan ribu orang mengungsi di kamp-kamp yang dilindungi oleh pasukan pemelihara perdamaian PBB.
Perang itu dipicu oleh pertempuran antara pendukung Presiden Salva Kiir dan lawannya, Riek Machar, pada Desember 2013. Suatu perjanjian perdamaian yang tercapai di Addis Ababa tahun lalu ambruk setelah pertempuran kembali berkobar di ibukota, Juba, Juli lalu. [uh]