JENEWA —
Para pejabat PBB yang menghadiri Forum Kemanusiaan Suriah mengatakan, warga sipil menderita karena pengungsian di dalam dan luar Suriah akibat perang saudara yang sudah berlangsung 18 bulan di Suriah terus memuncak tanpa tanda-tanda akan berakhir.
Dalam 24 jam terakhir ini saja badan pengungsi PBB melaporkan lebih dari 11.000 pengungsi Suriah lari ke negara-negara tetangganya, sekitar 9.000 ke Turki, 1.000 warga ke Yordania, dan 1.000 lainnya ke Lebanon.
Koordinator Pengungsi UNHCR Panos Moumtzis mengatakan, jumlah ini membuat angka keseluruhan pengungsi yang terdaftar di kawasan itu mencapai lebih dari 408.000. Para pengungsi yang baru tiba ini mengatakan kepada pekerja-pekerja bantuan, mereka mengungsi karena warga sipil di Suriah kini praktis tidak mendapat perlindungan.
“Kami sangat prihatin dengan fakta banyaknya pengungsi yang 75 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Apa yang mereka sampaikan kepada kami sangat memprihatinkan. Cerita tentang suasana tidak aman, peningkatan aksi kekerasan, lari dalam kondisi jiwa terancam, tidak punya pilihan lain selain mengungsi, melarikan diri dengan mengenakan pakaian seadanya,” papar Moumtzis.
Panos Moumtzis memperkirakan, bakal ada 700.000 pengungsi Suriah yang membutuhkan bantuan di luar negara mereka setidaknya pada awal tahun depan. Ia menambahkan, UNHCR tidak memiliki uang untuk menyediakan makanan, tempat penampungan, dan air bersih bagi pengungsi Suriah. Demikian pula dengan bantuan psiko-sosial dan bantuan lain. Koordinator badan pengungsi itu mengatakan pihaknya telah menerima hanya 35 persen dari 487 juta dollar anggaran yang dibutuhkan untuk mendukung operasi-operasi kemanusiaan hingga bulan Desember.
Kurangnya bantuan donor merupakan tema yang berulangkali disampaikan selama pertemuan Forum Kemanusiaan Suriah. Koordinator Kemanusiaan PBB Untuk Suriah Radhouane Nouicer mengatakan, kurang dari separuh operasi-operasi kemanusiaan PBB di dalam Suriah yang didanai.
Radhouane Nouicer memperkirakan bantuan kemanusiaan seharusnya mengalir bagi 2,5 juta rakyat Suriah, di mana sekitar separuh di antaranya terpaksa meninggalkan rumah mereka. Ia memperingatkan bahwa hal-hal ini terus berubah seiring memuncaknya aksi kekerasan dan jumlah pengungsi tersebut terus meningkat.
Dalam 24 jam terakhir ini saja badan pengungsi PBB melaporkan lebih dari 11.000 pengungsi Suriah lari ke negara-negara tetangganya, sekitar 9.000 ke Turki, 1.000 warga ke Yordania, dan 1.000 lainnya ke Lebanon.
Koordinator Pengungsi UNHCR Panos Moumtzis mengatakan, jumlah ini membuat angka keseluruhan pengungsi yang terdaftar di kawasan itu mencapai lebih dari 408.000. Para pengungsi yang baru tiba ini mengatakan kepada pekerja-pekerja bantuan, mereka mengungsi karena warga sipil di Suriah kini praktis tidak mendapat perlindungan.
“Kami sangat prihatin dengan fakta banyaknya pengungsi yang 75 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Apa yang mereka sampaikan kepada kami sangat memprihatinkan. Cerita tentang suasana tidak aman, peningkatan aksi kekerasan, lari dalam kondisi jiwa terancam, tidak punya pilihan lain selain mengungsi, melarikan diri dengan mengenakan pakaian seadanya,” papar Moumtzis.
Panos Moumtzis memperkirakan, bakal ada 700.000 pengungsi Suriah yang membutuhkan bantuan di luar negara mereka setidaknya pada awal tahun depan. Ia menambahkan, UNHCR tidak memiliki uang untuk menyediakan makanan, tempat penampungan, dan air bersih bagi pengungsi Suriah. Demikian pula dengan bantuan psiko-sosial dan bantuan lain. Koordinator badan pengungsi itu mengatakan pihaknya telah menerima hanya 35 persen dari 487 juta dollar anggaran yang dibutuhkan untuk mendukung operasi-operasi kemanusiaan hingga bulan Desember.
Kurangnya bantuan donor merupakan tema yang berulangkali disampaikan selama pertemuan Forum Kemanusiaan Suriah. Koordinator Kemanusiaan PBB Untuk Suriah Radhouane Nouicer mengatakan, kurang dari separuh operasi-operasi kemanusiaan PBB di dalam Suriah yang didanai.
Radhouane Nouicer memperkirakan bantuan kemanusiaan seharusnya mengalir bagi 2,5 juta rakyat Suriah, di mana sekitar separuh di antaranya terpaksa meninggalkan rumah mereka. Ia memperingatkan bahwa hal-hal ini terus berubah seiring memuncaknya aksi kekerasan dan jumlah pengungsi tersebut terus meningkat.