Lebih dari 12.000 pengungsi Muslim Rohingya kehilangan tempat tinggal akibat kebakaran yang melanda sebuah kamp di Cox's Bazar di Bangladesh tenggara, kata PBB, Selasa (7/3).
Badan Pengungsi PBB (UNHCR) mengatakan lebih dari 2.000 tempat penampungan dan lebih dari 90 fasilitas termasuk rumah sakit dan pusat pembelajaran hancur dalam kebakaran hari Minggu. Lebih dari satu juta pengungsi Rohingya tinggal di kamp-kamp di Cox's Bazar, sebagian besar melarikan diri dari penumpasan yang dipimpin militer di Myanmar pada 2017.
Bangladesh sedang menyelidiki penyebab kebakaran itu, kata Komisaris Bantuan dan Repatriasi Pengungsi Mohammad Mizanur Rahman. "Begitu kami mendapat laporan, akan jelas apakah itu tindakan sabotase atau bukan," tambahnya.
Kebakaran sering terjadi di kamp yang penuh sesak dengan struktur daruratnya. Kebakaran besar pada Maret 2021 menewaskan sedikitnya 15 pengungsi dan menghancurkan lebih dari 10.000 rumah.
Seorang penghuni kamp di Cox’s Bazar, Shafiur Rahman, 24, mendesak pihak berwenang untuk menyediakan fasilitas yang lebih baik. “Rumah kami dibakar di Myanmar. Sekarang kami mengalami hal yang sama di sini,” katanya.
Amnesty International juga meminta pemerintah Bangladesh untuk menyediakan akomodasi yang lebih aman bagi para pengungsi.
“Pemerintah harus menyadari bahaya menjaga komunitas besar dalam kondisi yang tidak aman dan terlalu padat dan mengambil langkah-langkah untuk menyediakan perumahan yang layak dan aman bagi komunitas Rohingya,” kata Yasasmin Kaviratne, juru kampanye wilayah Asia Selatan organisasi itu.
Meningkatnya kejahatan, kondisi hidup yang sulit dan prospek yang suram untuk kembali ke Myanmar mendorong lebih banyak pengungsi Rohingya meninggalkan Bangladesh ke negara-negara seperti Malaysia dan Indonesia dengan perahu, dan mempertaruhkan nyawa mereka.
Data PBB menunjukkan 348 Rohingya diperkirakan telah meninggal di laut tahun lalu. [uh/ab]
Forum