PBB memperingatkan risiko yang membayangi kehidupan puluhan ribu warga sipil di kota pantai Libya. Badan dunia itu menyerukan agar Amerika memainkan peran diplomatik yang lebih aktif untuk mencegah konflik lebih lanjut di negara kaya minyak itu.
"Terdapat 60.000 warga sipil dalam bahaya di kota Sirte sekarang," kata Stephanie T. Williams, penjabat perwakilan khusus Sekretaris Jenderal AS untuk Libya, hari Kamis (25/6).
Sirte adalah kota strategis Libya di sepanjang Laut Tengah yang diakui Pemerintahan Kesepakatan Nasional (GNA) PBB yang dipimpin Perdana Menteri Fayez al-Sarraj, telah berjanji untuk merebut kembali dari Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Jenderal Khalifa Haftar.
Kota ini telah menjadi tempat beberapa konflik berdarah selama sembilan tahun terakhir. Pada Februari 2015, kelompok teroris ISIS merebut dan mempertahankan kendali atas Sirte selama lebih dari setahun. Pada 2016, GNA merebut kembali kota itu dari para ekstremis ISIS, tetapi kemudian kalah dalam pertempuran dengan pasukan Haftar.
Pada bulan Januari, Turki mulai mengerahkan pasukan ke Libya dan mengubah gelombang konflik yang lebih menguntungkan GNA. Sejak itu, GNA telah mencapai serangkaian kemenangan teritorial utama melawan LNA dan kini mengincar untuk merebut kembali kota Sirte. [ps/pp]