PBB, Selasa (8/6) memperingatkan bahwa Somalia menghadapi risiko bencana kelaparan lagi, karena kemarau berturut-turut telah membuat tanaman palawija layu dan membunuh banyak ternak. Sementara itu impor gandum dari Ukraina dan Rusia telah turun drastis karena perang kedua negara.
Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Somalia Adam Abdelmoula mengatakan kepada wartawan dalam konferensi pers melalui video dari Mogadishu bahwa Somalia jelas menuju bencana kelaparan jika tidak ada tindakan yang diambil sekarang ini.
Ia mengatakan, “Somalia berada di ambang bencana kelaparan yang luas dan menghancurkan serta kelaparan massal yang dapat menewaskan ratusan ribu orang. Sejak awal tahun ini, darurat kekeringan di Somalia telah memburuk secara drastis dan sekarang ini, kami melihat bencana membayangi.”
Abdelmoula mengatakan akan terlambat jika masyarakat internasional baru bertindak setelah muncul deklarasi resmi mengenai bencana kelaparan itu.
Ia mengatakan hampir setengah populasi Somalia, sekitar 7,1 juta, menghadapi kerawanan pangan di tingkat krisis atau lebih buruk lagi, setidaknya hingga September. Ia mengatakan 213 ribu di antara mereka akan menghadapi kondisi seperti bencana kelaparan. Situasi khususnya di bagian selatan dan tengah negara itu suram.
Somalia telah mengalami empat musim hujan yang gagal berturut-turut, yang membuat sebagian besar negara itu mengalami kekeringan parah, mendorong pemerintah menyatakan keadaan darurat. Hujan dengan intensitas sedang baru-baru ini tidak dapat mengurangi krisis tersebut.
Yang juga merumitkan situasi adalah perang Rrusia di Ukraina.
PBB meminta bantuan $1,5 miliar untuk tanggapan kemanusiaannya di Somalia tahun ini. Tetapi dengan hampir setengah tahun berlalu, PBB baru menerima 18% dana yang diperlukannya. [uh/lt]