Tautan-tautan Akses

PBB: Tidak akan Ada Pemenang dalam Perang di Ukraina


Bangunan rusak akibat serangan terlihat di Irpin, di pinggiran Kyiv, Ukraina, Kamis, 26 Mei 2022. (Foto: AP/Natacha Pisarenko)
Bangunan rusak akibat serangan terlihat di Irpin, di pinggiran Kyiv, Ukraina, Kamis, 26 Mei 2022. (Foto: AP/Natacha Pisarenko)

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan pada hari Jumat (3/6) bahwa tidak akan ada pemenang dari invasi Rusia ke Ukraina sementara konflik itu memasuki hari ke-100 dan pasukan Moskow merangsek lebih dalam ke wilayah Donbas timur.

"Perang ini telah dan tidak akan memiliki pemenang. Sebaliknya, kita telah menyaksikan selama 100 hari apa yang hilang: nyawa, rumah, pekerjaan, dan masa depan,” kata Amin Awad, Asisten Sekretaris Jenderal dan Koordinator Krisis PBB untuk Ukraina, dalam sebuah pernyataan.

Tonggak sejarah itu terjadi ketika Kyiv mengumumkan Moskow sekarang mengendalikan seperlima wilayah Ukraina, termasuk Krimea dan sebagian Donbas yang dicaplok pada 2014.

Invasi Rusia, yang dimulai pada 24 Februari, dimulai dengan serangan pasukan Moskow terhadap Kyiv tetapi kemudian melepaskan kendali atas daerah di sekitar Ibu Kota itu dan kota kedua Ukraina Kharkiv di Ukraina timur laut.

Namun, pasukan Rusia telah mencapai kemajuan yang stabil di wilayah selatan dan timur Ukraina.

“Perang ini telah mengambil korban yang tidak dapat diterima pada warga dan menelan hampir semua aspek kehidupan sipil,” kata Awad.

“Hanya dalam waktu tiga bulan, hampir 14 juta warga Ukraina terpaksa meninggalkan rumah mereka, mayoritas perempuan dan anak-anak,” kata pernyataan itu.

Petugas menurunkan peti mati prajurit Ukraina Oleksander Matyukhin, 32, di Kharkiv, Ukraina timur, Senin, 23 Mei 2022. (Foto: AP/Bernat Armangue)
Petugas menurunkan peti mati prajurit Ukraina Oleksander Matyukhin, 32, di Kharkiv, Ukraina timur, Senin, 23 Mei 2022. (Foto: AP/Bernat Armangue)

PBB mengatakan kelompok itu bekerja untuk membatasi “dampak buruk perang terhadap ketahanan pangan dengan berusaha membuka blokade perdagangan gandum dan komoditas kritis lainnya.”

Harga sereal melonjak karena penurunan ekspor dari Ukraina, mempertajam dampak konflik dan perubahan iklim serta memicu kekhawatiran kerusuhan sosial.

“Kami membutuhkan perdamaian. Perang harus diakhiri sekarang,” bunyi pernyataan PBB. [lt/uh]

XS
SM
MD
LG