Upaya global untuk melindungi flora dan fauna dunia telah membuat kemajuan kecil, sementara beberapa spesies masih mengalami penurunan serius, menurut dua laporan yang diterbitkan pada Senin (28/10) di konferensi tingkat tinggi keanekaragaman hayati PBB di Kolombia.
Sebuah laporan yang disusun oleh Program Lingkungan PBB (United Nations Environment Programme/UNEP) mengkaji kemajuan global sejak diterbitkannya laporan keanekaragaman hayati pada 2020. Dua tahun lalu, sebanyak 196 negara menandatangani sebuah perjanjian bersejarah untuk melindungi keanekaragaman hayati di 30 persen bagian dari planet Bumi pada 2030.
Konferensi tingkat tinggi yang sedang berlangsung di Cali, Kolombia, itu merupakan kelanjutan dari kesepakatan tahun 2022 di Montreal, yang mencakup 23 langkah untuk menghentikan dan membalikkan kerusakan alam.
Salah satu langkahnya menyerukan agar 30 persen wilayah dari planet ini dan 30 persen ekosistem yang kondisinya menurun dilindungi per 2030.
Laporan UNEP menyebutkan, bahwa negara-negara pihak telah membuat beberapa kemajuan, akan tetapi kemajuan yang dibuat jaringan global itu harus dipercepat dalam enam tahun ke depan agar bisa mencapai target.
Laporan itu menyatakan bahwa 17,6 persen wilayah daratan dan perairan darat, serta 8,4 persen lautan dan wilayah pesisir di seluruh dunia tercakup dalam kawasan lindung dan konservasi yang sudah tercatat.
“Peningkatan wilayah cakupan sejak 2020, yang setara dengan lebih dari dua kali lipat luas Kolombia, patut dirayakan,” kata UNEP dalam pernyataan persnya.
“Tapi itu adalah kenaikan sebesar kurang dari 0,5 persen di kedua wilayah tersebut.”
Wilayah darat seluas gabungan Brazil dan Australia serta lautan seluas lebih dari Samudra Hindia harus dilindungi dan dilestarikan per 2030 untuk memenuhi target global, kata UNEP.
“Kita tidak boleh terlalu merayakan ini karena masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memenuhi target 30 persen, dan kita hanya punya waktu enam tahun untuk menyelesaikannya,” kata Direktur Eksekutif UNEP Inger Andersen.
Laporan UNEP menggunakan data resmi terbaru yang dilaporkan oleh pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya.
“Inisiatif ‘30x30’ ini adalah target yang ambisius, tapi masih bisa dicapai apabila komunitas internasional bekerja sama lintas perbatasan, demografi, dan sektor,” kata Grethel Aguilar, direktur jenderal Serikat Pelestarian Alam Internasional (The International Union for the Conservation of Nature/IUCN).
IUCN melaporkan pada Senin bahwa 38 persen pepohonan dunia berisiko punah.
Organisasi yang bermarkas di Swiss itu mengatakan bahwa Daftar Merah Spesies Terancam milik mereka kini meliputi 166.061 spesies, di mana 46.337 di antaranya terancam punah.
Pepohonan kini mencakup lebih dari seperempat spesies yang terancam dalam daftarnya. Jumlahnya juga dua kali lipat jumlah spesies burung, mamalia, reptil dan amfibi yang terancam, jika digabungkan, kata IUCN.
Spesies-spesies pohon berisiko punah ada di 192 negara, kata organisasi itu.
Proporsi pohon yang paling terancam berada di wilayah kepulauan, karena berisiko tinggi mengalami penggundulan untuk pembangunan kota dan pertanian, serta serangan spesies invasif, hama dan penyakit.
Hilangnya pepohonan di seluruh dunia merupakan ancaman besar terhadap ribuan tanaman, jamur dan hewan, menurut IUCN. [rd/ns]
Forum