PDI Perjuangan akhirnya menetapkan pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat (Djarot) menjadi calon gubernur dan wakil gubernur dalam Pemilihan kepala daerah serentak pada Februari 2017.
Pengumuman penetapan pasangan Ahok-Djarot ini dibacakan oleh Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto di kantor Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan Jalan Diponegoro Jakarta hari Selasa (20/9).
"Calon Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Dan sebagai calon Wakil Gubernur adalah saudara Djarot Syaiful Hidayat," ungkap Hasto.
Hasto Kristiyanto mengatakan, ada empat pertimbangan mengapa PDIP memilih pasangan petahana tersebut menjadi calon gubernur dan calon wakil gubernur. Pertimbangan itu di antaranya adalah mampu sinergi dengan Pemerintah Pusat.
"Pasangan Ahok menegakkan negara kesatuan republik Indonesia, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta menjaga kebhinekaan bangsa Indonesia. – Djarot dalam pandangan PDI Perjuangan mempunyai komitmen yang teguh dalam melaksanakan ideologi PDI Perjuangan. Serta mampu bersinergi dengan Pemerintah Pusat. Sinergi ini sangat penting. Baik secara vertical maupun horizontal dalam mengejawantahkan nawacita dalam praktek-praktek Pemerintahan," imbuh Hasto.
Selain itu, lanjut Hasto, PDI Perjuangan menilai bahwa pasangan Ahok-Djarot mampu melanjutkan visi dan misi ‘Jakarta Baru’, yang sebelumnya diusung oleh Bapak Jokowi dan Ahok pada pilkada 2012 lalu.
Setelah resmi diusung PDI Perjuangan untuk calon Gubernur dan calon wakil gubernur, pasangan Ahok dan Djarot menandatangani kontrak politik yang dinamakan Dasa Prasetya PDIP atau 10 janji. Wakil Sekretararis Jenderal DPP PDI Perjuangan Ahmad Basarah menjelaskan, 10 janji itu di antaranya penguatan ekonomi rakyat.
Bagaimana tanggapan masyarakat? Sinaga (43 tahun) warga Jakarta kecewa dengan diusungnya Ahok oleh PDI Perjuangan. Sinaga berpendapat, Ahok tidak simpatik dalam berhadapan dengan rakyat kecil.
"Selama ini Ahok saya lihat gak simpatik. Seperti dalam penggusuran menghadapi rakyat kecil. Sebener-benernya orang kerja, kalo komentarnya menyakiti hati orang lain itu ya tetep aja.. Politisi itu seharusnya jadi contoh bagi rakyatnya. Jadi saya cukup kecewa lah," ujar Sinaga.
Berbeda dengan Sinaga, Yoedani (48 tahun) mengaku bersyukur dengan diusungnya pasangan Ahok – Djarot oleh PDI Perjuangan. Yoedani berpendapat, meski didukung PDI Perjuangan, Ahok tidak akan dengan mudah dikendalikan oleh PDI Perjuangan.
"Ahok itu bukan orang yang mudah diatur oleh partai. Justru mekanisme daripada pencalonan Ahok dari PDIP, itu di luar dari kebiasaan PDIP. Sehingga sebetulnya, bukan Ahok yang meminta PDIP mendukung, tapi sebetulnya PDIP lah yang ingin mendukung Ahok. Jadi tidak akan ada kompromi dalam kebijakan ataupun keputusan dari Ahok kalo nanti terpilih sebagai Gubernur," kata Yoedani.
Selain menetapkan Basuki Tjahaja Purnama - Djarot Saiful Hidayat sebagai calon Gubernur DKI Jakarta, PDIP juga telah menetapkan 101 jagoan di Pilkada Serentak 2017. Namun baru 7 calon kepala daerah yang diumumkan pada Selasa (20/9) malam, 94 Calon kepala daerah lainnya akan diumumkan via website resmi PDIP. Ke 7 calon itu adalah :
Papua Barat: Dominggus Mandacan - Muhammad Lakotani
Aceh: Irwandi Yusuf - Nova Iriansyah
Gorontalo: Hana Hasanah Fadel Muhammad - Tonny S Junus
Sulawesi Barat: Muhammad Ali Baal Masdar - Eny Anggraeni Anwar
Banten: Rano Karno
DKI Jakarta: Basuki Tjahaja Purnama - Djarot Saiful Hidayat
Calon Bupati Kulon Progo: Hasto Wardoyo
[aw/em]