Atlet panjat tebing putra Indonesia, Veddriq Leonardo, Sabtu (29/5), memecahkan rekor dunia dalam kompetisi International Federation of Sport Climbing IFSC Climbing World Cup 2021 di Salt Lake City, Utah, Amerika Serikat.
Sorak sorai dan teriakan para penonton meledak ketika Veddriq – yang berhadapan dengan sahabatnya sendiri, Kiromal Katibin – sama-sama melesat menuju puncak papan panjat tebing buatan (climbing wall) dalam waktu lima detik.
Veddriq Leonardo, kelahiran Pontianak tahun 1997, memecahkan rekor dunia, yaitu 5,208 detik. Ia memecahkan rekor yang dibuat Kiromal Katibin sehari sebelumnya yang mencatat waktu 5,258 detik.
Diwawancarai melalui telepon di Bandara Internasional Salt Lake City, Senin (31/5) siang, pelatih kedua atlet muda itu, Hendra Basir, mengatakan sangat bangga pada kedua atlet yang dilatihnya. Perbincangan tersebut dilakukan sesaat sebelum mereka terbang kembali ke Tanah Air.
“Ini buah latihan keras yang kami lakukan sejak Juli 2020. Keduanya – Veddriq dan Kiromal – bahkan sudah berlatih bersama sejak tahun 2017 untuk persiapan Asian Games tahun 2018. Lanjut lagi untuk persiapan Olimpiade Tokyo 2020 kemarin,” ujarnya.
Menurut Hendra, tidak semua latihan membuahkan hasil gemilang, seperti di kompetisi dunia kali ini. “Ini seri pertama untuk kategori speed (adu cepat -red)... Tetapi kami sempat tidak lolos di kualifikasi Olimpiade Tokyo karena ada kombinasi lead and bouldering, di mana kedua atlet kami masih kurang,” akunya.
Tak Surut Langkah Meski Tak Lolos di Olimpiade 2024
Namun, Veddriq dan Kiromal tidak surut langkah. Keduanya terus berlatih dan berharap bisa lolos di ajang Olimpiade Paris tahun 2024 dan Olimpiade Los Angeles tahun 2028.
“Di kedua Olimpiade itu nantinya kategori speed, lead dan boulder itu dipisah... Jadi kami akan terus berlatih dan membangun tim junior lain untuk Olimpiade Los Angeles 2028. Jadi memang persiapannya panjang,” tambah Hendra.
Veddriq dan Kiromal mengatakan dalam latihan intensif di Jakarta, biasanya mereka dapat menempuh waktu lebih cepat lagi. Namun dalam olahraga ini yang dibutuhkan bukan hanya kecepatan saja, melainkan juga kondisi fisik dan mental yang prima. Untuk itu dukungan pelatih, teman satu tim dan keluarga merupakan hal yang esensial.
“Keluarga saya di Pontianak selalu mendukung. Mereka sudah tahu saya menang karena media-media di Indonesia sudah mulai memberitakan. Ibu saya bilang dia bahagia, tidak menyangka anaknya bisa berprestasi di dunia atas nama Indonesia,” ujar Veddriq.
Hal senada disampaikan Kiromal, kelahiran Batang tahun 2000.
“Latihan kami capek, melelahkan. Harus lari, pull up. Tapi kami senang ketika bisa menang,” ujarnya.
Kiromal mengatakan jika ia berkesempatan bertemu Menteri Olahraga Zainudin Amali atau Presiden Joko Widodo, ia berharap bisa meminta keduanya lebih mendukung olahraga panjat tebing dan para atletnya. “Jangan hanya ketika menang saja,” ujarnya jujur.
Gantungkan Mimpi Setinggi Langit
Veddriq dan Kiromal mengamini pandangan pelatih mereka untuk menggantungkan mimpi setinggi langit. “Kita (Indonesia -red) punya banyak anak muda berbakat, di daerah-daerah terpencil. Bagusnya kita punya sistem yang bisa menjaring mereka. Mulai dari pekan olahraga daerah hingga nasional," kata Hendra.
"Di situ proses screening dan evaluasinya sehingga bisa ke tim nasional dan kemudian kita latih intensif. Yang pasti saya selalu mengatakan pada mereka, taruh mimpi kamu setinggi-tingginya. Taruh mimpi setinggi langit. Targetkan “saya bisa juara Olimpiade!” Percaya lah usaha kita selanjutnya akan mengikuti mimpi itu. Prosesnya memang tidak mudah, tapi dengan mimpi itu semua kemampuan akan dikerahkan untuk mencapainya,” tegasnya.
Setibanya di Jakarta, kedua atlet muda ini akan beristirahat sejenak sebelum menjalani latihan kembali untuk berkompetisi di Swiss pada akhir tahun nanti dan dilanjutkan persiapan Olimpiade Paris 2024. [em/ah]