Tradisi dan festival di Pecinan San Francisco bermula sejak hampir 200 tahun silam, ketika imigran China tiba dan bermukim di kota di pesisir negara bagian California itu.
Sen Hsu, warga San Jose asal China, menyempatkan waktu untuk mengajak anak-anaknya terhubung dengan asal usul mereka dengan mendatangi Pecinan San Francisco.
“Kami ingin mereka tahu dari mana asal mereka dan untuk mempertahankan tradisi," katanya.
Di tengah semua bisnis milik warga Tionghoa di sana, terselip Buddha Exquisite, perusahaan milik keluarga Cheung, di mana tradisi China masih bertahan. Para pembeli dapat menemukan berbagai produk dari kertas yang biasanya dibakar dalam upacara untuk menghormati leluhur mereka.
“Ada beberapa musim sepanjang tahun di mana kami ingin mengunjungi leluhur kami, dan inilah yang kami kirimkan untuk mereka," kata Rebecca Cheung, yang mengelola toko itu bersama ibunya.
Dua puluh empat blok jalan di Pecinan itu terdiri dari toko-toko, restoran, sekolah, rumah sakit, dan kelab-kelab sosial. Ini juga merupakan tempat yang biasa dikunjungi turis dan tamu-tamu kehormatan. Namun, orang Tionghoa tidak selalu diterima dengan baik di San Francisco.
Migran China menghadapi diskriminasi sewaktu emas ditemukan di kaki bukit California pada 1848. Ribuan orang dari China Selatan, yang menghadapi kemiskinan dan perang saudara di tempat asal mereka itu, direkrut atau dibujuk untuk datang ke apa yang mereka sebut “Gunung Emas” untuk bekerja di pertambangan dan pembangunan rel kereta api.
Mereka yang bertahan di California menghadapi rasisme dalam jangka lama.
Dengan tuntasnya pembangunan rel kereta, banyak pekerja Tionghoa yang kemudian mendapat pekerjaan membangun tanggul sepanjang 1.700 kilometer lebih, mengubah delta Sungai Sacramento menjadi ladang-ladang pertanian. Berbekal pengetahuan dari kampung halaman, mereka bekerja di sektor pertanian dan bermukim di kota-kota di sepanjang Sungai Sacramento. Salah satu di antara kota itu adalah Locke, sekitar 120 kilometer sebelah timur laut San Francisco.
Para pemukim Tionghoa asal Provinsi Guangdong membangun kota Locke pada 1915.
Clarence Chu, asal Hong Kong, mengelola tiga museum di kota itu.
Ketika ia pertama tiba di Locke hampir 50 tahun silam, Chu kagum dengan budaya tradisional yang masih hidup di sana.
“Bagi saya, yang berasal dari Hong Kong dan telah begitu banyak mengalami westernisasi, saya pikir saya lebih baik belajar sesuatu dari mereka mengenai budaya China!” kata pemilik perusahaan Locke Business itu.
Pernah menjadi surganya ribuan pekerja pertanian asal China, populasi Locke kini menyusut.
“Sebagian orang muda mulai pergi karena mereka mendapat peluang yang lebih baik, kuliah, dan lebih mudah mendapat pekerjaan di kota," jelas Chu.
Sekarang ini, kebanyakan imigran baru China di kawasan San Francisco adalah pekerja teknologi berketerampilan tinggi atau mahasiswa. Banyak dari mereka tinggal atau bekerja di sebelah selatan kota itu di Silicon Valley. Jajaran toko-toko yang melayani warga Tionghoa Amerika banyak ditemukan di Silicon Valley. Ernie Chen, yang datang untuk makan siang, bekerja di kantor pusat Apple, di seberang restoran di daerah Cupertino di sana.
“Komunitas Tionghoa, menurut saya, cukup tersebar luas. Jadi, Anda dapat menemukan toko-toko serupa di banyak tempat," kata insinyur perangkat lunak itu.
Meski demikian, sebagian warga Tionghoa Amerika tetap datang ke Pecinan di San Francisco untuk mendapatkan rasa kebersamaan yang lebih kuat dan untuk merayakan warisan budaya Tionghoa mereka. [uh/ab]
Forum