Pejabat-pejabat Amerika mengatakan mereka percaya Iran berniat membunuh personil pasukan Amerika dengan serangan rudal balistik terhadap dua pangkalan militer di Irak, meskipun Presiden Donald Trump mengatakan Iran “tampaknya menahan diri” dari konflik baru dengan Amerika.
“Kami yakin rudal balistik yang ditembakkan ke pangkalan-pangkalan militer Amerika dimaksudkan untuk membunuh warga Amerika,” ujar Wakil Presiden Mike Pence kepada stasiun televisi NBC hari Kamis (9/1). “Kami memiliki intelijen untuk memastikan niat Iran itu.”
Penilaian Pence itu menggemakan pernyataan petinggi militer Amerika hari Rabu (8/1), Ketua Kepala Staf Gabungan Jendral Mark Milley, yang mengatakan kepada wartawan di Pentagon, “dampak tembakan rudal itu cukup dekat dengan keberadaan personil dan peralatan, dan sebagainya. Saya yakin berdasarkan apa yang saya lihat dan tahu, serangan rudal itu dimaksudkan untuk menimbulkan kerusakan bangunan, menghancurkan kendaraan, peralata dan pesawat, dan untuk membunuh personil.”
Tidak ada satu personil Amerika pun yang luka-luka akibat tembakan 16 rudal balistik jarak pendek dari tiga lokasi di Iran, yang menarget dua pangkalan militer di Irak di mana pasukan bersenjata Amerika berada. Tetapi Milley mengatakan, “tidak adanya korban jiwa lebih karena teknik pertahanan yang digunakan oleh pasukan kami, dibanding niat Iran.”
Menteri Pertahanan Mark Esper mengatakan kerusakan di pangkalan Al Asad terbatas pada “tenda, jalur penghubung pesawat, tempat parkir, helikopter, hal-hal seperti itu. Tidak ada yang dapat saya gambarkan sebagai masalah besar. Tidak ada korban, apakah itu personil Amerika, personil pasukan koalisi maupun kontraktor.”
Trump, dalam pidato yang disiarkan secara nasional dari Gedung Putih hari Rabu (8/1), mengisyaratkan Amerika tidak akan mengambil tindakan militer sebagai tanggapan terhadap serangan rudal Iran itu, tetapi sebaliknya akan memberlakukan sanksi ekonomi tambahan yang tegas terhadap Iran untuk semakin melumpuhkan ekonominya
.Iran menembakkan rudal Rabu pagi sebagai pembalasan terhadap serangan pesawat nirawak yang menewaskan panglima pasukan elit Iran, pasukan Quds, Jendral Qassem Soleimani. Trump mengatakan ia yang memerintahkan pembunuhan terhadap tokoh yang digambarkannya sebagai “sosok yang bertanggungjawab atas sejumlah kekejaman yang benar-benar buruk” di Timur Tengah.
Namun dalam pidatonya Trump mengatakan dibanding terus berkonflik dengan Iran, kedua negara dapat bekerjasama dalam isu-isu yang menjadi keprihatinan bersama.
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menyebut serangan rudalnya sebagai “tamparan” pada Amerika dan mengatakan kehadiran Amerika yang korup di kawasan harus berakhir.
Presiden Iran Hassan Rouhani dalam cuitan di Twitter menambahkan bahwa “jawaban akhir” Iran atas pembunuhan Soleimani adalah “mengusir seluruh pasukan Amerika dari kawasan itu.” (em/jm)